"Dan engkau harus membuat dua kerub dari emas; engkau harus membuat kerub itu dari emas tempaan, pada kedua ujung tutup pendamaian itu."
Ayat Keluaran 25:17 merupakan bagian dari instruksi terperinci yang diberikan Tuhan kepada Musa untuk pembuatan Tabut Perjanjian, sebuah artefak suci yang sangat penting dalam tradisi Israel kuno. Ayat ini secara spesifik memerintahkan pembuatan dua kerub emas yang ditempatkan di kedua ujung tutup pendamaian. Kerub, dalam konteks Alkitab, sering digambarkan sebagai makhluk surgawi yang melayani Tuhan dan menjaga kekudusan-Nya. Kehadiran mereka pada Tabut Perjanjian menekankan sifat suci dari perjanjian antara Tuhan dan umat-Nya, serta kehadiran Tuhan yang bersemayam di antara mereka.
Tuhan tidak hanya memberikan instruksi mengenai bentuk fisik kerub, tetapi juga material dan cara pembuatannya. Emas tempaan, material yang paling berharga, dipilih untuk menunjukkan kemuliaan dan kesucian Tuhan. Penempatan kedua kerub ini, saling berhadapan dengan sayap terentang menutupi tutup pendamaian, melambangkan perlindungan, penghormatan, dan kesiapan untuk mendengarkan dari hadirat Tuhan. Tutup pendamaian itu sendiri, yang dikenal sebagai Keluaran 25:17 dalam konteks literal, adalah tempat di mana darah korban pencuci dosa dipercikkan, menjadikannya simbol penebusan dan pengampunan.
Kehadiran kerub pada Tabut Perjanjian memiliki makna teologis yang mendalam. Mereka bukan sekadar ornamen, melainkan representasi dari kehadiran Tuhan yang mahakudus dan pelindung umat-Nya. Sayap mereka yang terentang menaungi tutup pendamaian menunjukkan bahwa Tuhan secara aktif melindungi dan peduli terhadap perjanjian-Nya. Dalam teologi Yahudi dan Kristen, kerub sering dikaitkan dengan penjaga taman Eden dan sebagai makhluk yang mengelilingi takhta Tuhan di surga. Oleh karena itu, penempatan mereka pada Tabut Perjanjian menggemakan gambaran kekudusan dan kemuliaan surgawi di bumi.
Instruksi terperinci yang diberikan Tuhan, termasuk ukuran, bentuk, dan material kerub, menunjukkan betapa pentingnya setiap detail dalam ibadah kepada Tuhan. Ini bukan hanya tentang estetika, tetapi tentang kesetiaan pada perintah-Nya dan pengakuan akan kekudusan-Nya. Ayat Keluaran 25:17 bukan hanya sebuah catatan sejarah, tetapi juga sebuah pengajaran tentang cara mendekati Tuhan dengan hormat, kesucian, dan pengakuan atas penebusan yang Dia sediakan. Pemahaman terhadap ayat ini membantu kita menghargai kedalaman kasih dan rencana Tuhan bagi umat manusia.
Meskipun Tabut Perjanjian dan Tabernakel tidak lagi ada dalam bentuk fisiknya di era modern, makna teologis dari Keluaran 25:17 tetap relevan. Dalam teologi Kristen, Tabut Perjanjian dipandang sebagai bayangan dari perjanjian baru yang dibuat melalui Yesus Kristus. Kerub dan tutup pendamaian mengingatkan kita pada pengorbanan Kristus yang sempurna yang menebus dosa-dosa kita dan membuka jalan bagi kita untuk memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan. Kehadiran Tuhan yang dulu bersemayam secara fisik di Tabut kini hadir dalam Roh Kudus di dalam hati orang-orang percaya.
Ayat ini juga mengajarkan kita tentang pentingnya menghargai hal-hal yang kudus dan mendekati Tuhan dengan kekaguman. Bahkan dalam ibadah modern, kita dipanggil untuk melakukannya dengan hati yang tulus, penuh hormat, dan kesadaran akan kehadiran-Nya. Simbol kerub yang melindungi dan melayani mengingatkan kita pada peran malaikat dalam rencana Tuhan dan pada kesadaran bahwa kita adalah bagian dari umat yang dilindungi dan dilayani oleh Tuhan. Dengan demikian, Keluaran 25:17 terus menawarkan wawasan mendalam tentang sifat Tuhan, rencana penebusan-Nya, dan panggilan kita untuk hidup kudus di hadapan-Nya.