Keluaran 25 21

"Engkaupun harus meletakkan tutupnya, yaitu pelipit kurban, di atas tabut, dan di dalam tabut itu engkau harus meletakkan loh hukum yang akan Kuberikan kepadamu."

Simbol Tabut Perjanjian dan Pelipit Kurban

Ayat yang terpilih dari Kitab Keluaran, pasal 25 ayat 21, menguraikan instruksi spesifik dari Tuhan kepada Musa mengenai pembuatan Tabut Perjanjian. Perintah ini bukan sekadar tentang konstruksi fisik, melainkan sebuah penanda kehadiran ilahi yang mendalam di tengah umat Israel. Tabut Perjanjian, sebuah peti suci yang terbuat dari kayu akasia dan dilapisi emas murni, menjadi pusat dari ibadah dan hubungan Israel dengan Tuhan. Di dalamnya, sesuai dengan perintah ini, akan diletakkan loh batu yang berisi Sepuluh Perintah Allah, sebagai pengingat abadi akan perjanjian yang telah dibuat.

Kata "tutupnya, yaitu pelipit kurban" merujuk pada bagian atas Tabut yang dikenal sebagai Kapur Yhwh atau Mei’ilah HaKapporet dalam bahasa Ibrani. Inilah tempat paling sakral di seluruh Kemah Suci, karena di sinilah Tuhan berjanji untuk menemui Musa dan berbicara kepadanya. Jarak antara tutup dan loh hukum di dalamnya menyiratkan bahwa meskipun manusia mungkin tidak sempurna dalam mematuhi hukum Tuhan, ada ruang untuk rekonsiliasi dan pengampunan melalui pengorbanan yang ditawarkan di atas tutup itu. Pelipit kurban ini menjadi simbol penebusan dan belas kasihan ilahi.

Dalam konteks Keluaran 25:21, keberadaan loh hukum di dalam Tabut menekankan pentingnya ketaatan terhadap firman Tuhan. Sepuluh Perintah Allah bukanlah sekadar aturan mati, melainkan prinsip-prinsip panduan untuk kehidupan yang berkenan kepada Tuhan. Dengan menempatkan loh ini di jantung Tabut Perjanjian, Tuhan menunjukkan bahwa hukum-Nya adalah fondasi dari hubungan perjanjian tersebut. Kepatuhan bukan hanya soal ritual, tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan, dari hubungan dengan Tuhan hingga hubungan antar sesama manusia.

Makna Keluaran 25:21 juga meluas ke pemahaman teologis yang lebih dalam. Tabut Perjanjian, dengan segala kelengkapannya, seringkali dilihat sebagai gambaran awal dari rencana penebusan Tuhan yang lebih besar. Dalam teologi Kristen, Tabut dan pelipit kurbannya diinterpretasikan sebagai bayangan dari Yesus Kristus. Kristus adalah penggenapan dari perjanjian baru, dan melalui pengorbanan-Nya di kayu salib, Ia menjadi pengantara antara Tuhan dan manusia, menawarkan pengampunan dosa dan kehidupan kekal. Pelipit kurban yang menyentuh loh hukum secara simbolis mengingatkan kita akan penebusan yang sempurna yang ditawarkan oleh Kristus, di mana keadilan dan kasih Tuhan bertemu.

Memahami Keluaran 25:21 memberikan wawasan berharga tentang sifat Tuhan yang kudus, adil, namun juga penuh kasih dan pengampunan. Perintah untuk membuat Tabut Perjanjian dan menempatkan loh hukum di dalamnya adalah pengingat bahwa kehadiran Tuhan yang kudus menuntut kesucian dari umat-Nya, tetapi Ia juga menyediakan jalan bagi mereka yang berdosa untuk mendekat kepada-Nya. Pelipit kurban menjadi jembatan antara kekudusan Tuhan dan kerapuhan manusia, sebuah janji pemulihan dan kehadiran yang kekal.

Bagi kita saat ini, makna Keluaran 25:21 tetap relevan. Ia mengajak kita untuk merenungkan pentingnya firman Tuhan dalam hidup kita, serta menghargai pengorbanan yang telah disediakan untuk mendamaikan kita dengan Tuhan. Kehadiran Tuhan di tengah umat-Nya, yang dilambangkan oleh Tabut Perjanjian, mengingatkan kita bahwa Ia selalu hadir, membimbing, dan mengasihi kita.