Firman Tuhan dalam Kitab Keluaran, pasal 25, ayat 35, menyajikan sebuah prinsip mendasar yang tidak lekang oleh waktu: perintah untuk menunjukkan kasih dan kepedulian, terutama kepada mereka yang berada dalam kesulitan.
Ayat ini secara spesifik berbicara kepada umat Israel, yang baru saja menerima hukum dan instruksi dari Tuhan. Namun, makna universalnya melampaui batas waktu dan tempat. Di tengah masyarakat yang seringkali mengedepankan kekuatan dan kemandirian, ayat ini mengingatkan kita akan nilai luhur untuk menengok ke belakang dan ke samping, kepada saudara-saudari kita yang mungkin sedang terpuruk.
Frasa "apabila orang-orang miskin, yang bersama-sama dengan engkau, menjadi lemah dan tangan mereka tidak sanggup lagi bekerja untukmu" menggambarkan sebuah situasi di mana seseorang kehilangan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, bahkan untuk berkontribusi kepada komunitasnya. Dalam konteks itu, reaksi yang diajarkan bukanlah pengabaian atau penghakiman, melainkan tindakan penolong.
Tuhan tidak hanya memerintahkan untuk memberikan bantuan, tetapi juga menekankan bagaimana bantuan itu harus diberikan: "mereka harus kaupiara seperti orang asing di antaramu, supaya mereka dapat hidup bersama-sama dengan engkau." Kata "mengurus" atau "memelihara" (dalam beberapa terjemahan) menyiratkan lebih dari sekadar pemberian materi. Ini adalah tentang pengakuan martabat mereka, memberikan mereka dukungan yang memungkinkan mereka untuk tidak hanya bertahan hidup, tetapi juga untuk hidup bersama, sebagai bagian dari komunitas.
Keluaran 25:35 mengajarkan kita pentingnya empati dan solidaritas. Dalam dunia yang semakin terhubung, namun ironisnya juga seringkali terasa individualistis, prinsip ini menjadi mercusuar harapan. Ketika kita melihat saudara atau tetangga kita yang sedang bergumul, ayat ini memanggil kita untuk bertindak dengan belas kasih, bukan karena kewajiban semata, tetapi karena kebaikan inheren yang diajarkan oleh Sang Pencipta.
Ini adalah panggilan untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan penuh perhatian, di mana tidak ada seorang pun yang ditinggalkan. Kepedulian terhadap sesama yang lemah, memberikan mereka kesempatan untuk kembali bangkit dan berkontribusi, adalah cerminan dari karakter ilahi itu sendiri. Dengan memahami dan mengamalkan prinsip ini, kita tidak hanya membantu orang lain, tetapi juga memperkaya kehidupan spiritual kita sendiri dan membangun komunitas yang lebih kuat dan lebih harmonis.