Ayat yang tertera di atas dari Kitab Keluaran menjadi titik tolak untuk memahami salah satu perintah paling mendasar yang diberikan Allah kepada umat-Nya di padang gurun: pembangunan Tabernakel. Perintah ini bukan sekadar instruksi arsitektural, melainkan sebuah manifestasi dari kerinduan Ilahi untuk hadir dan berinteraksi secara intim dengan umat-Nya. Kata "Tabernakel" sendiri berasal dari kata Latin "tabernaculum" yang berarti "tenda" atau "gubuk", menggambarkan sebuah tempat ibadah yang dapat dipindahkan, sejalan dengan perjalanan bangsa Israel di padang belantara.
Perintah untuk membangun Tabernakel mencerminkan keinginan Allah yang mendalam untuk tidak hanya berada di luar, tetapi *di dalam* komunitas umat-Nya. Ini adalah tanda perjanjian dan kedekatan. Melalui Tabernakel, Allah menyediakan sebuah cara bagi umat-Nya untuk mendekat kepada-Nya, untuk mempersembahkan korban, dan untuk mengalami kehadiran-Nya secara nyata. Ini adalah tempat di mana Allah berbicara kepada Musa, tempat di mana kemuliaan-Nya dinyatakan.
Detail-detail rumit dalam instruksi pembangunan Tabernakel, mulai dari bahan-bahan yang digunakan hingga ukuran setiap komponen, menunjukkan keseriusan dan kesucian dari proyek ini. Setiap elemen memiliki makna simbolis yang mendalam, menunjuk pada aspek-aspek karakter Allah dan rencana penebusan-Nya. Mulai dari emas, perak, dan tembaga, hingga kain lenan halus yang ditenun dengan benang berwarna biru, ungu, dan merah, semuanya menggambarkan kekayaan, kemurnian, dan pengorbanan yang kelak akan tergenapi.
Di luar konteks sejarah Israel kuno, Tabernakel juga memiliki makna spiritual yang mendalam bagi umat percaya di masa kini. Dalam teologi Kristen, Tabernakel seringkali dilihat sebagai tipologi atau gambaran dari tubuh manusia sebagai bait Allah (1 Korintus 6:19), atau bahkan sebagai gambaran pribadi Yesus Kristus sebagai Firman yang menjadi manusia dan berdiam di antara kita (Yohanes 1:14). Kehadiran Allah yang dijanjikan dalam Tabernakel adalah cikal bakal dari kehadiran Allah yang kini dapat dialami oleh setiap orang yang percaya melalui Roh Kudus.
Memahami perintah "Keluaran 25 4" membawa kita pada perenungan tentang pentingnya tempat khusus untuk bertemu dengan Tuhan, baik secara pribadi maupun komunal. Ini adalah pengingat bahwa Allah mengundang kita untuk mendekat, untuk menjadikan hidup kita tempat di mana Ia berkenan berdiam. Dengan hati yang terbuka dan kerinduan yang tulus, kita dapat mengalami kehadiran-Nya yang selalu menyertai, layaknya umat Israel di padang gurun yang menemukan arah dan perlindungan di bawah naungan Tabernakel.