Keluaran 25:5

"...emas, perak, dan tembaga, ... biru, ungu, dan merah ungu, ..."

Tuhan

Makna Mendalam dari Material Berharga dalam Perjanjian Lama

Kitab Keluaran, bab 25, ayat 5, membuka jendela menuju kekayaan simbolis dan spiritual yang digunakan oleh bangsa Israel dalam pembangunan Kemah Suci. Ayat ini mencantumkan daftar material berharga yang diminta untuk dipersembahkan, yaitu emas, perak, dan tembaga. Lebih lanjut, ayat ini juga menyebutkan warna-warna spesifik yang digunakan dalam permadani dan kain, yakni biru, ungu, dan merah ungu. Daftar ini bukanlah sekadar inventarisasi barang-barang mentah, melainkan fondasi penting untuk memahami bagaimana Allah berinteraksi dengan umat-Nya dan bagaimana Dia menginstruksikan pembangunan tempat ibadah-Nya yang kudus.

Setiap material yang disebutkan memiliki makna yang dalam. Emas sering kali melambangkan kemuliaan, keilahian, dan kesucian Allah. Dalam banyak budaya kuno, emas dianggap sebagai logam para dewa karena kilaunya yang abadi dan ketahanannya terhadap karat. Dalam konteks Kemah Suci, penggunaan emas menggarisbawahi kebesaran dan kekudusan Sang Pencipta yang akan berdiam di tengah umat-Nya. Perak, di sisi lain, kerap dikaitkan dengan penebusan dan kesucian. Dalam Taurat, perak digunakan sebagai alat ukur nilai ibadah, seperti misalnya setengah syikal perak yang dibayarkan setiap orang dewasa sebagai denda hidup (Keluaran 30:11-16). Ini menunjukkan peran perak dalam aspek pemurnian dan pengampunan dosa.

Tembaga, meskipun mungkin tidak seberharga emas atau perak, juga memegang peranan penting. Tembaga sering dikaitkan dengan kekuatan, dasar, dan bahkan pengorbanan. Bejana tembaga digunakan dalam berbagai keperluan, termasuk untuk menampung air pembersihan. Ini melambangkan kekuatan dasar yang dibutuhkan dalam proses penyucian dan pelayanan di hadapan Allah. Kombinasi ketiga logam ini, emas, perak, dan tembaga, menunjukkan spektrum sifat ilahi dan kebutuhan manusia yang terintegrasi dalam pembangunan tempat kediaman Allah.

Lebih lanjut, ayat ini juga menyebutkan warna-warna yang digunakan: biru, ungu, dan merah ungu. Warna biru sering dikaitkan dengan langit, surga, dan kesetiaan ilahi. Dalam Alkitab, warna biru juga diasosiasikan dengan permadani yang melambangkan hadirat Allah di atas. Ungu, terutama ungu tua (sering kali berasal dari siput laut), adalah warna yang sangat mahal dan sulit didapatkan di zaman kuno. Karena itu, ungu sering kali melambangkan kerajaan, keagungan, dan kemuliaan. Raja-raja dan orang-orang penting memakai pakaian berwarna ungu. Merah ungu, yang bisa jadi merupakan variasi dari warna ungu atau warna merah tua, juga mengandung makna serupa, yaitu kemuliaan dan otoritas. Penggunaan warna-warna ini dalam Kemah Suci menekankan keagungan dan kerajaan Allah yang hadir di tengah umat-Nya.

Penting untuk dicatat bahwa semua material dan warna ini diminta untuk dipersembahkan dengan sukarela (Keluaran 35:5). Ini adalah gambaran yang indah tentang bagaimana respons umat Allah terhadap panggilan-Nya. Mereka tidak dipaksa, melainkan tergerak oleh hati yang tulus untuk memberikan yang terbaik dari apa yang mereka miliki demi kemuliaan Tuhan. Keluaran 25:5, dengan daftar material dan warnanya, bukan hanya memberikan instruksi teknis pembangunan, tetapi juga mengajarkan kita tentang nilai-nilai spiritual: kekudusan Allah, penebusan, kekuatan, keagungan, dan respons hati yang tulus dalam beribadah. Material-material ini menjadi saksi bisu dari rencana Allah untuk kedekatan-Nya dengan manusia, sebuah janji yang akhirnya tergenapi dalam kedatangan Yesus Kristus.