Keluaran 27:1

"Juga engkau harus membuat mezbah dari kayu penaga, empat persegi panjang, panjangnya lima hasta dan lebarnya lima hasta, tingginya harus tiga hasta. Pada keempat sudutnya harus engkau pasang tanduk-tanduk; tanduk-tanduk itu harus menjadi satu kesatuan dengan mezbah itu, dan engkau harus menyalutnya dengan tembaga."
MEZBAH TEMBAGA

Keluaran 27:1 membuka tirai ke dalam rancangan ilahi untuk ibadah dan penyembahan umat Israel di padang gurun. Ayat ini merinci pembuatan mezbah tembaga, sebuah struktur sentral yang akan menjadi fokus utama persembahan korban. Ukurannya yang presisi – empat persegi panjang dengan panjang dan lebar lima hasta, serta tinggi tiga hasta – menunjukkan ketelitian dan keteraturan yang diinginkan oleh Tuhan dalam segala hal yang berkaitan dengan penyembahan kepada-Nya. Kayu penaga, dikenal karena ketahanannya, menjadi bahan dasar, namun seluruh struktur disalut dengan tembaga. Pilihan tembaga bukanlah kebetulan; logam ini sering kali melambangkan pengorbanan, pemurnian, dan penghakiman, elemen-elemen krusial dalam proses pendamaian antara manusia dan Tuhan.

Tanduk-tanduk yang dipasang pada keempat sudut mezbah memiliki makna simbolis yang mendalam. Dalam tradisi Alkitab, tanduk sering kali diasosiasikan dengan kekuatan, kekuasaan, dan perlindungan. Bagi umat Israel, tanduk-tanduk ini bisa menjadi pengingat akan kuasa Tuhan yang melindungi mereka, serta tempat di mana mereka dapat mencari perlindungan dalam situasi tertentu, seperti yang dijelaskan dalam kisah-kisah selanjutnya di mana orang memegang tanduk mezbah untuk mencari keselamatan. Mezbah ini, dengan segala detailnya, berfungsi sebagai tempat di mana umat dapat mendekat kepada Tuhan, menyajikan persembahan yang melambangkan penyerahan diri dan pengakuan dosa.

Konstruksi mezbah ini bukanlah sekadar tindakan arsitektural, melainkan sebuah fondasi teologis. Ia adalah tempat di mana dosa umat diakui dan ditebus melalui persembahan korban. Api yang menyala di atas mezbah menjadi simbol kehadiran Tuhan yang membakar ketidakmurnian dan menerima persembahan yang berkenan. Ini adalah pelajaran tentang keadilan dan kasih Tuhan yang bekerja bersama, di mana pengampunan hanya bisa dicapai melalui pengorbanan yang memuaskan tuntutan keadilan ilahi. Mezbah tembaga menjadi pengingat abadi bahwa jalan menuju Tuhan memerlukan pengakuan akan kelemahan manusia dan penerimaan atas solusi yang disediakan-Nya, sebuah konsep yang berpuncak pada pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib.

Setiap detail dalam instruksi Tuhan untuk mezbah ini mengajarkan kita tentang keseriusan ibadah. Ini bukan sesuatu yang bisa dilakukan secara sembarangan atau tanpa persiapan. Tuhan menetapkan standar yang tinggi, dan kepatuhan terhadap standar ini menunjukkan rasa hormat dan kekudusan yang harus diberikan kepada-Nya. Keluaran 27:1, oleh karena itu, bukan hanya catatan sejarah pembangunan Kemah Suci, tetapi juga sebuah panduan abadi tentang prinsip-prinsip penyembahan yang tulus dan benar, yang menyoroti kebutuhan akan pengorbanan, pemurnian, dan penyerahan diri total kepada Sang Pencipta. Melalui mezbah tembaga, Tuhan menyediakan sarana bagi umat-Nya untuk mengalami kehadiran-Nya dan merasakan pengampunan-Nya.