Info

Keluaran 27 & 14

Surat Al-Baqarah: 27 & 14 - Menelusuri Makna Kekufuran dan Kehilangan

"Orang-orang yang melanggar perjanjian setelah (ia diikrarkan) dengan Allah, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk menghubungkannya, dan berbuat kerusakan di bumi, mereka itulah orang-orang yang rugi." (QS. Al-Baqarah: 27)

"Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidak pula mereka mendapat petunjuk." (QS. Al-Baqarah: 14)

Pendahuluan: Sebuah Refleksi Spiritual

Dalam lautan Al-Qur'an, terdapat ayat-ayat yang menggoreskan makna mendalam bagi setiap pembacanya. Dua ayat dari Surat Al-Baqarah, yaitu ayat ke-27 dan ke-14, menyajikan gambaran tentang konsekuensi dari pilihan hidup yang keliru. Ayat-ayat ini bukan sekadar narasi, melainkan sebuah peringatan dan panduan bagi umat manusia untuk menjaga integritas spiritual dan moral. Dengan mengkaji lebih dalam keluaran 27 14 ini, kita dapat menarik pelajaran berharga tentang jalan menuju kebaikan dan menghindari jurang kesesatan.

Ayat 27: Konsekuensi Melanggar Perjanjian Ilahi

Ayat ke-27 dari Surat Al-Baqarah secara gamblang menjelaskan ciri-ciri orang yang merugi. Mereka adalah individu yang tidak hanya melanggar janji yang telah diikrarkan kepada Allah SWT, tetapi juga memutuskan silaturahmi serta menebar kerusakan di muka bumi. Perjanjian ini merujuk pada janji kesetiaan dan ketaatan kepada Allah. Memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk dihubungkan mencakup pemutusan hubungan kekerabatan, persaudaraan, dan persatuan yang seharusnya dijaga. Tindakan merusak bumi juga merupakan manifestasi dari ketidaktaatan dan kesombongan terhadap pencipta. Dampak dari perbuatan ini sangat jelas: kerugian yang hakiki. Ini bukan sekadar kerugian materi, melainkan kerugian spiritual yang abadi.

Ayat 14: Membeli Kesesatan, Menjual Petunjuk

Melanjutkan tema tentang pilihan yang salah, ayat ke-14 dari Surat Al-Baqarah memberikan ilustrasi yang kuat. Ayat ini menggambarkan mereka yang secara sadar memilih jalan kesesatan daripada petunjuk yang telah Allah berikan. Perumpamaan "membeli kesesatan dengan petunjuk" sangatlah ironis. Seolah-olah mereka menukar sesuatu yang bernilai tinggi (petunjuk Allah) dengan sesuatu yang menyesatkan dan merusak. Perdagangan ini jelas tidak menguntungkan. Mereka tidak mendapatkan keuntungan duniawi maupun ukhrawi, bahkan kehilangan arah dan tujuan hidup. Ayat ini menegaskan pentingnya kebijaksanaan dalam memilih jalan hidup, di mana petunjuk ilahi harus menjadi kompas utama.

Keterkaitan dan Hikmah

Kedua ayat ini saling terkait dalam memberikan peringatan terhadap penyimpangan dari jalan kebenaran. Ayat 27 menjelaskan tindakan-tindakan konkret yang mengarah pada kerugian, sementara ayat 14 menjelaskan motivasi atau pola pikir di balik tindakan tersebut, yaitu preferensi terhadap kesesatan. Memahami keluaran 27 14 ini mengingatkan kita bahwa setiap pilihan memiliki konsekuensi. Keputusan untuk taat atau ingkar, menghubungkan atau memutuskan, berbuat baik atau merusak, semuanya akan tercatat dan berujung pada pertanggungjawaban.

Dalam kehidupan sehari-hari, peringatan ini relevan bagi kita untuk terus introspeksi diri. Apakah kita telah menepati janji-janji kita kepada Allah? Apakah kita menjaga hubungan baik dengan sesama? Apakah kita berkontribusi positif bagi lingkungan dan masyarakat? Atau justru kita terjebak dalam godaan sesaat yang membawa pada kesesatan? Ayat-ayat ini adalah panggilan untuk kembali pada fitrah kita sebagai hamba Allah yang taat, serta untuk senantiasa mencari petunjuk-Nya agar tidak tersesat dalam perjalanan hidup.

Ilustrasi visual yang menggambarkan siklus, pilihan, dan informasi, dengan warna cerah dan sejuk.