Yohanes 9:20 - Pengakuan Iman yang Mengungkap Kebenaran

"Maka jawab orang tua-tua itu: 'Kami tahu, bahwa Ia ini anak kami, dan bahwa Ia sekarang dapat melihat.'"

Kisah penyembuhan orang buta sejak lahir di pasal kesembilan Injil Yohanes adalah salah satu narasi yang paling menggugah iman. Peristiwa ini tidak hanya menampilkan kuasa supranatural Yesus, tetapi juga menyoroti respons manusia terhadap kebenaran ilahi. Di tengah kesaksian yang makin kuat tentang siapa Yesus, orang tua dari pria yang disembuhkan mendapati diri mereka berada dalam posisi yang sulit, terperangkap antara rasa takut akan otoritas agama dan keinginan untuk mengakui keajaiban yang telah terjadi.

Ketika Yesus menyembuhkan orang buta itu, para ahli Taurat dan orang Farisi berusaha mencari cara untuk menyangkal atau meremehkan tindakan itu. Mereka memanggil orang yang tadinya buta, lalu memanggil juga orang tuanya untuk dimintai keterangan. Pertanyaan mereka fokus pada bagaimana pria itu bisa melihat, dan yang lebih penting, siapa yang menyembuhkannya. Namun, orang tuanya tampaknya telah mendapat peringatan atau memang merasa terancam, sehingga mereka memberikan jawaban yang sangat hati-hati dan terukur.

Jawaban, "Kami tahu, bahwa Ia ini anak kami, dan bahwa Ia sekarang dapat melihat," adalah pernyataan yang faktual dan tidak dapat disangkal. Mereka menegaskan identitas putra mereka dan kenyataan bahwa kebutaannya telah sembuh. Namun, ketika ditanya lebih lanjut mengenai siapa yang melakukan penyembuhan, mereka dengan sengaja mengalihkan pembicaraan. "Tentulah Ia seorang nabi," kata mereka, namun lebih lanjut menambahkan, "Tetapi karena Ia orang Farisi, dan kamu menanyai Dia, tanyakanlah kepada-Nya sendiri." Sikap ini mencerminkan ketidakberanian mereka untuk secara terbuka mendukung Yesus, yang dianggap sebagai ancaman oleh para pemimpin agama.

Apa yang menarik dari Yohanes 9:20 adalah pengakuan iman orang tua tersebut, meskipun disampaikan dengan penuh kehati-hatian. Mereka mengakui dua hal fundamental: identitas mereka sebagai orang tua dari pria yang disembuhkan, dan perubahan drastis dalam kondisi fisik putra mereka. Ini adalah kesaksian yang jujur atas apa yang mereka lihat dan ketahui. Namun, ketakutan dan tekanan sosial membuat mereka enggan melangkah lebih jauh untuk memberikan kesaksian yang lebih berani tentang Yesus.

Kisah ini mengajarkan kita tentang kompleksitas dalam mengikuti kebenaran, terutama ketika berhadapan dengan penolakan atau bahkan permusuhan. Kadang-kadang, seperti orang tua ini, kita mungkin hanya mampu mengakui fakta-fakta yang ada tanpa berani menyatakan dukungan penuh. Namun, bahkan pengakuan yang sederhana sekalipun bisa menjadi langkah awal menuju keberanian yang lebih besar. Yesus sendiri kemudian berbicara dengan pria yang disembuhkan itu, menyingkapkan identitas-Nya secara lebih jelas dan memampukan pria itu untuk memiliki iman yang sejati, tidak lagi sekadar bergantung pada kesaksian orang tuanya.

Yohanes 9:20 mengingatkan kita bahwa kebenaran seringkali dihadapkan pada berbagai tantangan. Ada kalanya kita perlu mempertimbangkan konteks dan risiko, namun di sisi lain, kita juga dipanggil untuk menjadi saksi yang setia. Pengakuan iman, sekecil apapun, adalah cerminan dari hubungan kita dengan Sang Kebenaran. Dan pada akhirnya, seperti yang ditunjukkan dalam kelanjutan kisah ini, Yesuslah yang akan memampukan kita untuk melihat dan mengakui-Nya dengan keberanian yang sesungguhnya.