"Kamu akan mentahbiskan Harun dan anak-anaknya serta menguduskan mereka, supaya mereka melayani Aku sebagai imam." (Keluaran 29:1)
Kitab Keluaran, khususnya pasal 29 hingga 31, menyajikan serangkaian instruksi ilahi yang mendalam mengenai penyembahan, kekudusan, dan pelayanan kepada Tuhan. Pasal-pasal ini merupakan kelanjutan dari perintah pembangunan Kemah Suci, yang puncaknya adalah penahbisan Harun dan anak-anaknya sebagai imam. Fokus pada keluaran 29 31 ini membawa kita pada pemahaman tentang bagaimana Tuhan mempersiapkan umat-Nya untuk bersekutu dan beribadah kepada-Nya dengan cara yang teratur dan kudus.
Pada Keluaran 29, Tuhan memberikan rincian yang sangat spesifik mengenai upacara penahbisan Harun dan putra-putranya. Ini bukan sekadar upacara seremonial, melainkan sebuah proses yang memastikan mereka layak dan dikuduskan untuk tugas suci melayani di hadapan Tuhan. Perintah-perintah tersebut mencakup persembahan hewan tertentu, penggunaan darah untuk pendamaian, serta tindakan pengudusan lainnya yang simbolis. Darah persembahan disapukan pada telinga kanan, ibu jari tangan kanan, dan ibu jari kaki kanan Harun serta anak-anaknya. Tindakan ini melambangkan penyerahan seluruh diri mereka – pendengaran untuk mendengar firman Tuhan, tangan untuk melakukan pekerjaan-Nya, dan kaki untuk berjalan di jalan-Nya – kepada pelayanan ilahi. Ini adalah representasi kuat tentang penyerahan total yang dibutuhkan dalam pelayanan kepada Tuhan.
Lebih lanjut, Keluaran 30 melanjutkan dengan instruksi mengenai mezbah kemenyan, wadah pembasuhan, dan minyak urapan. Kemenyan yang dibakar merupakan simbol doa umat yang naik kepada Tuhan, sementara wadah pembasuhan menekankan pentingnya penyucian diri sebelum memasuki area kudus. Minyak urapan yang digunakan untuk mengurapi Harun, anak-anaknya, dan semua perkakas Kemah Suci menandakan pengudusan dan penunjukan khusus dari Tuhan. Keharusan untuk menggunakan takaran yang tepat dalam membuat minyak urapan dan dupa menunjukkan betapa pentingnya ketaatan pada setiap detail yang diperintahkan Tuhan dalam ibadah.
Puncak dari rangkaian instruksi ini terdapat pada Keluaran 31, di mana Tuhan menunjuk Bezaleel dari suku Yehuda dan Aholiab dari suku Dan untuk memimpin pekerjaan pembangunan Kemah Suci. Mereka dikaruniai Roh Allah, hikmat, pengertian, pengetahuan, dan keahlian dalam segala jenis pekerjaan kerajinan. Ini menegaskan bahwa kemampuan dan keahlian terbaik pun berasal dari Tuhan dan harus dipersembahkan kepada-Nya. Selain itu, Tuhan kembali menekankan pentingnya hari Sabat sebagai tanda perjanjian kekal antara Dia dan umat-Nya. Ketaatan pada Sabat bukan hanya tentang berhenti bekerja, tetapi tentang mengingat dan menghormati Pencipta. Ayat-ayat ini, yang berpusat pada keluaran 29 31, memberikan fondasi teologis yang kuat bagi umat Israel untuk hidup dalam kekudusan dan beribadah kepada Tuhan dengan cara yang Dia tetapkan. Ini adalah pengingat abadi bahwa kedekatan dengan Tuhan selalu melibatkan penyerahan diri, penyucian, dan ketaatan pada firman-Nya.