"Dan Harun beserta anak-anaknya harus membasuh tangan dan kaki mereka dari baskom itu.
Ayat ini, yang berasal dari Kitab Keluaran pasal 30, ayat 19, memberikan sebuah instruksi penting yang berkaitan dengan ritual penyucian di dalam tradisi keagamaan. Perintah untuk Harun dan anak-anaknya, yaitu para imam, untuk membasuh tangan dan kaki mereka dari baskom yang telah disediakan, menunjukkan betapa besarnya penekanan pada kebersihan, baik secara fisik maupun spiritual, sebelum mereka melakukan tugas-tugas sakral. Tindakan ini bukan sekadar kebersihan biasa, melainkan sebuah simbol kesiapan untuk berhadapan dengan hal-hal yang kudus dan suci.
Baskom tembaga yang disebutkan dalam konteks ini bukanlah wadah biasa. Ia merupakan bagian dari perlengkapan Tabernakel, tempat ibadah yang dirancang dengan sangat teliti sesuai dengan perintah ilahi. Air yang ada di dalamnya diasosiasikan dengan penyucian, pembuangan kotoran, dan persiapan diri untuk melayani. Membasuh tangan melambangkan pembersihan dari kesalahan dan dosa yang mungkin telah diperbuat dalam kehidupan sehari-hari. Sementara membasuh kaki menyimbolkan kesiapan untuk melangkah di jalan yang benar dan menjauhi godaan serta pengaruh duniawi.
Dalam konteks Keluaran 30 19, "keluaran" merujuk pada proses keluar dari perbudakan di Mesir dan perjalanan menuju tanah perjanjian. Perjalanan ini penuh dengan tantangan dan memerlukan orang-orang yang suci dan layak di hadapan Tuhan. Oleh karena itu, setiap detail ritual, termasuk penyucian diri para imam, memiliki makna mendalam. Ayat ini juga sering diinterpretasikan lebih luas sebagai pengingat bagi setiap umat beriman untuk selalu menjaga kemurnian hati dan tindakan, siap sedia untuk melayani Tuhan dan sesama dengan hati yang bersih dan tulus.
Kehidupan modern seringkali kita hadapi dengan berbagai macam kesibukan dan tuntutan yang dapat membuat kita lalai akan pentingnya pembersihan diri, baik dalam arti harfiah maupun kiasan. Kita mungkin jarang memikirkan kebutuhan untuk "membasuh tangan dan kaki" dari hal-hal yang dapat mencemari pikiran, hati, dan tindakan kita. Namun, prinsip di balik Keluaran 30 19 tetap relevan. Ia mendorong kita untuk secara sadar memilih untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak murni, serta secara aktif mencari cara untuk menyucikan diri agar dapat menjalani hidup dengan lebih bermakna dan berkenan.
Proses pembersihan diri ini bisa beragam bentuknya. Bagi sebagian orang, mungkin itu berarti meluangkan waktu untuk berdoa, merenung, atau membaca kitab suci. Bagi yang lain, bisa jadi melalui tindakan kebaikan, menolong sesama, atau memperbaiki kesalahan yang pernah diperbuat. Intinya adalah sebuah komitmen untuk terus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, lebih murni, dan lebih siap untuk menghadapi setiap aspek kehidupan dengan integritas. Keluaran 30 19 mengajarkan kita bahwa persiapan diri, terutama dalam hal kebersihan dan kesucian, adalah langkah fundamental untuk dapat menghadapi tugas-tugas penting dan menjalani hubungan yang bermakna, baik dengan Tuhan maupun dengan sesama.