"Juga engkau harus membuat mezbah untuk membakar korban dupa; dari kayu penaga harus kaubuat itu."
Visualisasi abstrak dari hadirat ilahi dan struktur kemah.
Kitab Keluaran, bab 30 dan 31, membawa kita pada detail-detail penting mengenai pembangunan Kemah Suci. Setelah Tuhan memberikan perintah mendasar mengenai arsitektur dan materi Kemah Suci di bab-bab sebelumnya, kini perhatian beralih pada perabotan spesifik yang akan mengisi ruang suci tersebut. Bab 30, khususnya, merinci pembuatan Mezbah Dupa dan perabotan penting lainnya, sementara bab 31 menyoroti para pengrajin yang dipilih Tuhan dan pentingnya hari Sabat. Kombinasi kedua bab ini memberikan gambaran holistik tentang bagaimana umat pilihan Tuhan akan membangun tempat pertemuan antara diri-Nya dan umat-Nya, serta bagaimana mereka harus memeliharanya.
Salah satu item terpenting yang diperintahkan dalam Keluaran 30 adalah Mezbah Dupa. Mezbah ini terbuat dari kayu penaga dan dilapisi emas murni, sebuah material yang menunjukkan kemuliaan dan kesucian. Di atasnya, Tuhan memerintahkan agar dupa terus-menerus dibakar. Dupa ini bukan sekadar wewangian, melainkan representasi doa-doa umat Israel yang naik kepada Tuhan. Dengan kata lain, Mezbah Dupa adalah pusat ibadah, tempat di mana umat manusia berkomunikasi dengan Sang Pencipta melalui persembahan doa yang disertai wangi-wangian surgawi. Ketaatan pada perintah ini menekankan pentingnya doa yang berkelanjutan dalam kehidupan rohani umat percaya.
Selain Mezbah Dupa, Tuhan juga memerintahkan pembuatan bejana pembasuhan yang terbuat dari tembaga, yang diletakkan di antara Mezbah Korban Bakaran dan Mezbah Dupa. Bejana ini digunakan oleh para imam untuk membasuh tangan dan kaki mereka sebelum masuk ke dalam Ruang Suci atau sebelum mendekati mezbah untuk mempersembahkan korban. Ini adalah pengingat visual yang kuat akan kebutuhan akan penyucian diri secara terus-menerus sebelum menghadap hadirat Tuhan yang kudus. Kebersihan fisik mencerminkan kebutuhan akan kemurnian rohani, yang esensial bagi setiap orang yang mendekat kepada Tuhan.
Bab 31 kemudian mengalihkan fokus kepada para pekerja. Tuhan secara spesifik menunjuk Bezaleel bin Uri dari suku Yehuda dan Aholiab bin Ahisamakh dari suku Dan, serta mengisi mereka dengan Roh Tuhan, hikmat, pengertian, dan pengetahuan dalam segala macam pekerjaan pertukangan. Ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak hanya merencanakan, tetapi juga menyediakan kemampuan dan keahlian bagi mereka yang dipercayakan tugas untuk membangun kediaman-Nya. Pemilihan dan pemberian karunia-karunia ini menegaskan bahwa pembangunan Kemah Suci adalah pekerjaan yang ilahi, yang memerlukan keahlian yang diberikan langsung oleh Tuhan.
Perintah tentang hari Sabat juga ditekankan dalam bab 31 sebagai bagian integral dari instruksi pembangunan Kemah Suci. Tuhan menegaskan bahwa Sabat adalah tanda perjanjian kekal antara Dia dan umat-Nya. Memelihara Sabat berarti mengakui kekudusan Tuhan dan karya penciptaan-Nya. Dalam konteks pembangunan Kemah Suci, ini berarti bahwa pekerjaan harus dilakukan dengan penuh hormat dan keteraturan, serta diimbangi dengan waktu istirahat yang ditetapkan Tuhan. Perintah mengenai Sabat ini memperkuat gagasan bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan Tuhan, termasuk pekerjaan pembangunan, harus dilakukan dengan kesadaran akan kekudusan dan keteraturan ilahi. Dengan demikian, bab 30 dan 31 dari Kitab Keluaran memberikan panduan yang komprehensif mengenai keluaran 30 31, yang mencakup detail konstruksi, makna simbolis perabotan, dan perintah etika yang harus dipatuhi umat.