Kitab Keluaran, pasal 30 ayat 37, memberikan perintah yang sangat spesifik dari Tuhan kepada Musa mengenai pembuatan dan penggunaan minyak urapan kudus. Minyak ini bukan sekadar campuran biasa, melainkan sebuah formulasi suci yang memiliki makna mendalam dan fungsi krusial dalam ibadah dan pelayanan di Kemah Suci. Perintah ini menyoroti pentingnya ketaatan, kekudusan, dan penghormatan terhadap hal-hal yang dipersembahkan kepada Tuhan.
Ayat kunci dalam konteks ini, Keluaran 30:25, menjelaskan bahwa minyak urapan kudus dibuat dari "campuran wangi-wangian, seperti yang dibuat oleh tukang pembuat rempah-rempah." Resep lengkapnya terinci dalam ayat-ayat sebelumnya, meliputi rempah-rempah pilihan seperti mur, kayu manis, tebu wangi, dan kasia, yang dicampur dengan minyak zaitun murni. Komposisi yang teliti dan penggunaan bahan-bahan terbaik menunjukkan betapa Tuhan menghargai kesungguhan dan keunggulan dalam persembahan yang diperuntukkan bagi-Nya.
Fungsi utama dari minyak urapan kudus ini adalah untuk menguduskan dan memisahkan benda-benda serta orang-orang tertentu dari hal-hal duniawi, menjadikannya layak untuk pelayanan kepada Tuhan. Minyak ini digunakan untuk mengurapi Mezbah Dupa, Tabut Perjanjian, semua perkakas Kemah Suci, serta para imam dan raja. Pengurapan ini bukan sekadar simbol, tetapi penegasan bahwa objek atau individu yang diurapi kini berada di bawah kekudusan Tuhan, ditahbiskan untuk tugas khusus dan tidak boleh digunakan untuk tujuan lain.
Pelajaran yang dapat kita petik dari petunjuk mengenai Keluaran 30 37 ini sangat relevan bagi kehidupan rohani kita saat ini. Pertama, ini mengajarkan tentang prioritas kekudusan. Tuhan menetapkan standar yang tinggi untuk segala sesuatu yang berhubungan dengan-Nya. Hal-hal yang dipersembahkan kepada-Nya haruslah murni, tanpa cela, dan dikhususkan hanya untuk-Nya. Ini mendorong kita untuk memeriksa hati dan hidup kita, memisahkan diri dari dosa dan kenajisan, agar kita dapat melayani Tuhan dengan layak.
Kedua, ada penekanan pada detail dan ketelitian. Tuhan tidak hanya menginginkan persembahan yang tulus, tetapi juga yang mengikuti petunjuk-Nya dengan tepat. Kesalahan dalam resep atau cara penggunaan dapat menyebabkan ketidaklayakan. Dalam kehidupan rohani, ini bisa berarti belajar firman Tuhan dengan cermat, memahami kehendak-Nya, dan menerapkannya dalam hidup kita tanpa mengurangi atau menambah.
Ketiga, konsep pengurapan memiliki makna spiritual yang berlanjut hingga kini. Dalam Perjanjian Baru, Roh Kudus diibaratkan sebagai urapan yang diberikan kepada orang percaya, yang menguduskan, memperlengkapi, dan memampukan kita untuk hidup kudus serta menjadi saksi Kristus. Sama seperti minyak urapan kudus yang memisahkan alat-alat ibadah, Roh Kudus memisahkan kita dari dunia dan mendefinisikan identitas kita sebagai anak-anak Tuhan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk senantiasa berada di bawah pimpinan dan pemeliharaan Roh Kudus.
Terakhir, kita diingatkan akan kasih karunia Tuhan yang menyediakan cara agar manusia berdosa dapat mendekat kepada-Nya. Minyak urapan kudus, yang kini menjadi simbol kekudusan dan pemisahan, pada akhirnya mengarah pada pengorbanan Kristus, Sang Mesias (yang diurapi), yang melalui-Nya kita diudapankan dan dikuduskan sepenuhnya oleh Tuhan. Memahami petunjuk ini membantu kita lebih menghargai kedalaman kasih dan rencana penebusan Tuhan bagi umat manusia.