Kitab Keluaran, khususnya pada pasal 30 ayat 38, membawa kita pada gambaran yang kaya mengenai kekudusan dan pentingnya pemisahan diri untuk tujuan ilahi. Ayat-ayat ini, yang berkaitan dengan pembuatan minyak urapan dan dupa wangi-wangi, bukanlah sekadar resep kuno, melainkan prinsip-prinsip mendalam yang terus bergema dalam kehidupan spiritual umat beriman.
Simbol kekudusan dan keberkahan.
Perintah untuk membuat minyak urapan dan dupa yang "sangat berharga" dengan bahan-bahan spesifik, serta aturan ketat mengenai penggunaannya, menyoroti konsep kesucian yang tak boleh dicemari. Dupa wangi-wangi yang dipersembahkan adalah simbol doa yang naik kepada Tuhan, aroma yang menyenangkan hati-Nya. Ini mengingatkan kita bahwa dalam ibadah kita, niat yang tulus dan hati yang murni sangatlah penting. Aroma yang harum melambangkan penyembahan yang naik ke hadirat Tuhan, sebuah persembahan yang menyenangkan dan diterima.
Penggunaan minyak urapan untuk menguduskan Kemah Suci, mezbah, dan semua peralatannya, serta untuk mengurapi imam-imam, menegaskan bahwa segala sesuatu yang diperuntukkan bagi Tuhan haruslah suci. Ini bukan sekadar ritual, tetapi penandaan akan pemisahan dari dunia yang najis menuju pelayanan yang kudus. Sama seperti benda-benda material itu dikuduskan, demikian pula umat Tuhan dipanggil untuk menguduskan diri mereka, memisahkan diri dari dosa dan segala sesuatu yang tidak berkenan kepada Tuhan. Kekudusan ini adalah fondasi bagi hubungan yang intim dengan Sang Pencipta.
Lebih jauh lagi, ayat-ayat ini berbicara tentang pengharapan. Kehadiran Tuhan, yang ditandai dengan kepulan asap dupa yang harum dan kesucian Kemah Suci, adalah sumber pengharapan bagi umat Israel. Di tengah perjalanan mereka di padang gurun yang tandus, tanda kehadiran ilahi ini menjadi pengingat akan janji Tuhan dan kesetiaan-Nya. Dupa yang dibakar adalah simbol harapan, doa yang tak terputus yang dinaikkan kepada Tuhan, dengan keyakinan bahwa Ia mendengar dan menjawab.
Peringatan keras agar tidak meniru resep tersebut untuk kepentingan pribadi atau membuat dupa serupa menunjukkan betapa seriusnya Tuhan memandang kekudusan dan otoritas-Nya. Pelanggaran terhadap perintah ini berakibat pada pemutusan diri dari umat Tuhan. Ini menekankan bahwa kekudusan bukanlah sesuatu yang bisa kita ciptakan sendiri atau kita main-mainkan; itu adalah atribut ilahi yang harus kita hormati dan takuti.
Dalam konteks Keluaran 30:38, kita menemukan ajaran berharga mengenai pentingnya kebersihan spiritual, pemisahan diri untuk tujuan ilahi, dan pengharapan yang teguh dalam hadirat Tuhan. Semua ini merupakan gambaran dari karya Kristus, yang melalui Dia kita dikuduskan dan diperdamaikan dengan Allah, memungkinkan kita untuk mendekat kepada-Nya dengan hati yang tulus dan doa yang tak henti-hentinya. Kekudusan dan pengharapan adalah dua pilar yang tak terpisahkan dalam perjalanan iman kita.