Keluaran 30

"Engkau harus membuat mezbah untuk membakar ukupan; dari kayu akasia haruslah engkau membuatnya. Panjangnya sejengkal, lebarnya sejengkal, ia harusempat persegi, dan tingginya dua hasta; tanduk-tanduknya harus menyatu dengan mezbah itu. Dan engkau harus menyalutnya dengan emas murni, baik permukaan atasnya, maupun sekeliling dindingnya, dan tanduk-tanduknya; dan engkau harus membuat bingkai emas untuknya sekeliling. Dan dua gelang emas harus kau buat untuknya dan pasanglah pada keempat sudutnya, pada kedua sisinya, dan gelang-gelang itu haruslah menjadi tempat untuk memikulnya dengan batang-batang. Dan batang-batang itu haruslah dari kayu akasia, dan engkau harus menyalutnya dengan emas. Dan engkau harus meletakkan mezbah itu di depan tabir yang di depan tabut kesaksian, di depan tutup pendamaian yang di atas kesaksian itu, di tempat di mana Aku akan bertemu dengan engkau." (Keluaran 30:1-7)

Pedoman Suci Tubuh Umat Pilihan

Kitab Keluaran bab 30 memberikan panduan rinci mengenai instruksi ilahi untuk pembuatan mezbah ukupan dan penetapan perpuluhan. Perintah-perintah ini bukan sekadar ritual tanpa makna, melainkan sebuah fondasi penting dalam ibadah umat pilihan kepada Tuhan. Mezbah ukupan, yang dibuat dari kayu akasia dan disalut dengan emas murni, memiliki dimensi dan desain yang spesifik. Ukuran yang ditentukan, seperti panjang sejengkal, lebar sejengkal, dan tinggi dua hasta, menunjukkan ketelitian dan kesengajaan dalam setiap detail yang diperintahkan oleh Tuhan. Emas murni yang menyalut mezbah melambangkan kemurnian, keagungan, dan kekudusan Tuhan.

Penempatan mezbah ini juga sangat krusial. Ia ditempatkan di depan tabir Ruang Mahakudus, di hadapan tabut kesaksian dan tutup pendamaian. Lokasi ini menegaskan bahwa setiap persembahan ukupan yang dipersembahkan di atas mezbah ini adalah persembahan yang menuju kepada kehadiran Tuhan yang kudus. Ukupan yang dibakar di atas mezbah ini melambangkan doa-doa umat yang naik kepada Tuhan. Seperti wangi ukupan yang harum menyenangkan, demikian pula doa-doa yang tulus dan penuh iman dipercaya menyenangkan hati Tuhan. Ini adalah pengingat kuat bahwa ibadah kita, baik dalam doa maupun persembahan, haruslah senantiasa diarahkan kepada Tuhan dengan hati yang bersih dan penuh hormat.

Lebih jauh lagi, Tuhan juga memerintahkan tentang penetapan perpuluhan dari segala hasil tanah dan ternak. Perpuluhan ini adalah sepersepuluh dari segala yang Tuhan berkati. Perintah ini menekankan prinsip pemberian dan pengelolaan sumber daya yang diberikan oleh Tuhan. Perpuluhan bukan untuk memperkaya diri sendiri atau untuk keserakahan, melainkan sebagai bentuk pengakuan atas kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu yang kita miliki. Umat diinstruksikan untuk mempersembahkan perpuluhan ini kepada para Lewi, yang bertugas melayani di Kemah Suci dan mengelola berbagai aspek ibadah. Para Lewi, sebagai suku yang tidak mendapat bagian tanah warisan, bergantung pada perpuluhan dari suku-suku lain untuk menopang kehidupan dan pelayanan mereka.

Ayat-ayat ini mengajarkan kita tentang pentingnya ketaatan yang teliti dalam ibadah dan pemberian. Setiap detail, mulai dari bahan dan ukuran mezbah hingga proporsi perpuluhan, memiliki makna rohani yang mendalam. Ini bukan sekadar bentuk luar, tetapi mencerminkan hati yang taat dan berserah kepada kehendak Tuhan. Dalam konteks kekristenan, prinsip-prinsip ini tetap relevan. Doa-doa kita adalah ukupan yang naik kepada Tuhan. Pemberian kita, termasuk perpuluhan dan persembahan lainnya, adalah wujud syukur dan pengakuan atas berkat-Nya, yang digunakan untuk mendukung pekerjaan-Nya di dunia. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip dari Keluaran 30, kita dapat menghadirkan ibadah yang berkenan di hadapan Tuhan, yang mencerminkan hati yang mengasihi dan taat kepada-Nya.