Keluaran 32:7-14
Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Pergilah, turunlah, sebab umatmu yang kaupimpin keluar dari tanah Mesir telah berbuat dosa. Segera juga mereka telah menyimpang dari jalan yang Kuperintahkan kepada mereka, dengan membuat bagi diri mereka anak lembu tuangan, dan kepadanya mereka sujud menyembah dan mempersembahkan korban. Dan firman TUHAN kepadaku: Aku telah melihat umat ini, dan sesungguhnya mereka adalah umat yang keras kepala. Sekarang biarkanlah Aku, supaya murka-Ku bangkit terhadap mereka dan supaya Aku membinasakan mereka, tetapi engkau akan Kujadikan bangsa yang besar." Lalu Musa mencoba melunakkan hadapan TUHAN, Allahnya, katanya: "Mengapa TUHAN murka terhadap umat-Mu, yang telah Kaubawa keluar dari tanah Mesir dengan kekuatan yang besar dan dengan tangan yang kuat? Mengapakah orang Mesir akan berkata: Dengan maksud jahat Ia membawa mereka keluar, untuk membunuh mereka di pegunungan dan untuk membinasakan mereka dari muka bumi? Berbaliklah dari murka-Mu dan sesali kejahatan terhadap umat-Mu. Ingatlah kepada Abraham, Ishak dan Israel, hamba-hamba-Mu, karena kepada mereka telah Kaubuat janji dengan sumpah-Mu, dan kepada keturunan merekalah yang akan Kauberi sebanyak bintang di langit, dan seluruh negeri ini yang telah Kaujanjikan itu, akan Kuberikan kepada keturunan mereka, supaya mereka memilikinya untuk selama-lamanya." Maka menyesallah TUHAN dan tidak jadi melakukan malapetaka yang dijanjikan-Nya akan menimpa umat-Nya.
Angka keluaran 32 membawa kita pada salah satu episode paling dramatis dalam sejarah bangsa Israel: pembuatan anak lembu emas. Peristiwa ini terjadi saat Musa berada di Gunung Sinai untuk menerima Sepuluh Perintah Allah. Sementara menunggu kepulangannya, bangsa Israel, yang baru saja mengalami pembebasan ajaib dari perbudakan di Mesir, jatuh ke dalam penyembahan berhala. Ketidak sabaran dan ketakutan mereka mendorong mereka untuk meminta Harun membuat patung yang dapat mereka sembah.
Dalam Kitab Keluaran pasal 32, kita melihat bagaimana ketidaktaatan ini memicu murka Tuhan yang besar. Tuhan menyatakan kepada Musa tentang dosa umat-Nya yang telah menyimpang dari jalan yang telah diperintahkan. Namun, di sini kita juga menyaksikan kebesaran hati Musa sebagai seorang pemimpin. Ia tidak hanya menyampaikan teguran Tuhan, tetapi juga memohon belas kasihan bagi bangsanya. Doa Musa yang tulus, dengan mengingatkan Tuhan akan janji-Nya kepada para leluhur seperti Abraham, Ishak, dan Israel, akhirnya melunakkan hati Tuhan.
Meskipun Tuhan menyesal dan tidak jadi membinasakan mereka, konsekuensi dari dosa ini tetap ada. Peristiwa anak lembu emas ini menjadi pengingat kuat akan pentingnya kesetiaan dan ketaatan kepada Tuhan, serta bahaya menyembah berhala dan mengandalkan diri sendiri.
Ketika kita membicarakan keluaran 32, seringkali kita juga melihat kaitannya dengan pasal-pasal sebelumnya, termasuk keluaran 29. Pasal 29 berfokus pada upacara pentahbisan Harun dan anak-anaknya sebagai imam. Ini adalah momen sakral di mana Tuhan menetapkan ritual dan peraturan untuk pelayanan di Kemah Suci, menekankan kekudusan dan pemisahan diri para imam dari dosa.
Jadi, ada kontras yang mencolok antara pasal 29 dan 32. Pasal 29 menggambarkan bagaimana Tuhan menetapkan cara yang benar untuk mendekat kepada-Nya melalui imamat yang kudus. Sementara itu, pasal 32 menunjukkan bagaimana, hanya sesaat setelah penetapan ini, umat Israel justru berbalik kepada praktik penyembahan berhala yang dilarang keras. Ini menunjukkan betapa rapuhnya hati manusia terhadap godaan dan betapa pentingnya untuk senantiasa mengingat perjanjian dan perintah Tuhan.
Makna mendalam dari kedua pasal ini, terutama ketika dihubungkan, adalah tentang pentingnya ketaatan yang konsisten. Tuhan telah memberikan jalan yang kudus melalui imamat (Keluaran 29), tetapi umat-Nya memilih untuk memberontak dan menciptakan jalan mereka sendiri (Keluaran 32). Kisah ini mengajarkan kita bahwa hubungan yang benar dengan Tuhan tidak hanya dibangun di atas ritual, tetapi juga di atas iman yang teguh, kesetiaan yang tak tergoyahkan, dan ketaatan yang tulus terhadap segala firman-Nya. Kesalahan fatal umat Israel dalam membuat anak lembu emas menjadi pelajaran abadi tentang konsekuensi dari ketidakpercayaan dan penyembahan berhala.
Memahami keluaran 32 dan 29 bersama-sama memberikan perspektif yang kaya tentang sifat Tuhan yang adil namun juga penuh kasih, serta tantangan yang dihadapi umat-Nya dalam menjaga kesetiaan di tengah berbagai godaan dunia. Ini adalah narasi tentang pentingnya anugerah Tuhan yang memulihkan, tetapi juga tentang tanggung jawab kita untuk hidup sesuai dengan panggilan-Nya.