Keluaran 32 30: Pengampunan dan Kemarahan Ilahi

"Esok harinya Musa berkata kepada bangsa itu: 'Kamu telah melakukan dosa yang besar. Tetapi sekarang aku akan naik kembali kepada TUHAN, mungkin aku dapat memohonkan pengampunan atas dosamu itu.'"
Doa

Pasal 32 dalam Kitab Keluaran menggambarkan salah satu momen paling krusial dan tragis dalam sejarah bangsa Israel. Di saat Musa sedang berdiam diri di Gunung Sinai menerima hukum Taurat dari Tuhan, umat pilihan ini memilih untuk menyimpang dari jalan yang telah digariskan. Tanpa kehadiran pemimpin spiritual mereka, bangsa Israel terjerumus dalam penyembahan berhala, membuat patung anak lembu emas dan mempersembahkan korban kepadanya. Perbuatan ini merupakan pelanggaran serius terhadap perjanjian mereka dengan Tuhan dan mendatangkan murka-Nya yang besar.

Ayat Keluaran 32:30 membawa kita pada momen ketika Musa kembali turun dari gunung, membawa loh batu yang berisi hukum-hukum Tuhan. Betapa terkejutnya ia melihat apa yang terjadi di kaki gunung. Kehancuran, kekacauan, dan penyembahan berhala adalah pemandangan yang menyakitkan hatinya. Dengan hati yang remuk, Musa menghadapi bangsa Israel dan kemudian naik kembali kepada Tuhan.

Pernyataan Musa, "Kamu telah melakukan dosa yang besar. Tetapi sekarang aku akan naik kembali kepada TUHAN, mungkin aku dapat memohonkan pengampunan atas dosamu itu," menunjukkan kedalaman kepemimpinannya. Ia tidak hanya sekadar seorang pemberi hukum, tetapi seorang gembala yang peduli terhadap domba-dombanya. Meskipun ia tahu betapa berat dosa yang telah dilakukan Israel, ia tidak menyerah. Ia berani menghadapi Tuhan, mengakui kesalahan umatnya, dan dengan kerendahan hati memohon belas kasihan dan pengampunan.

Keluaran 32 30 bukan sekadar catatan sejarah, tetapi juga sebuah pengingat yang kuat tentang sifat Tuhan dan hubungan-Nya dengan umat-Nya. Tuhan adalah Tuhan yang kudus dan adil, yang tidak dapat mentolerir dosa dan pemberontakan. Kemarahan-Nya terhadap penyembahan berhala bangsa Israel sangat beralasan. Namun, di saat yang sama, Tuhan juga adalah Tuhan yang penuh kasih dan pengampunan. Melalui doa syafaat Musa, Tuhan menunjukkan belas kasihan-Nya. Ia mendengar permohonan hamba-Nya dan meskipun ada konsekuensi atas dosa mereka, Ia tidak memusnahkan seluruh bangsa.

Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya pengakuan dosa dan pertobatan. Dosa bangsa Israel adalah dosa kolektif, sebuah penyimpangan dari jalan Tuhan yang mengarah pada konsekuensi yang serius. Musa, sebagai perantara, memainkan peran krusial dalam memohonkan pengampunan. Ini mencerminkan prinsip intersesi yang sering muncul dalam Alkitab, di mana seseorang berdoa bagi orang lain.

Lebih jauh lagi, Keluaran 32 30 menyoroti sifat keadilan dan belas kasihan Tuhan yang seimbang. Tuhan menghukum dosa, namun Ia juga menawarkan jalan pengampunan bagi mereka yang bertobat dan memohon ampun. Peran Musa sebagai nabi dan pemimpin adalah untuk menuntun umatnya kembali kepada Tuhan, bahkan ketika mereka telah jatuh begitu dalam. Kisah ini terus relevan bagi kita hingga kini, mengingatkan kita akan pentingnya tetap setia kepada Tuhan dan ketika kita jatuh, kita memiliki harapan untuk memohon pengampunan melalui doa dan pertobatan.