Ayat Keluaran 33:3 menyajikan momen krusial dalam perjalanan bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir. Firman Tuhan yang diucapkan melalui Musa ini bukan sekadar peringatan, melainkan sebuah cerminan mendalam tentang karakter Tuhan dan realitas bangsa Israel pada saat itu. Kata "tegar tengkuk" menggambarkan keteguhan yang negatif, yaitu keras kepala, pemberontak, dan enggan untuk tunduk pada pimpinan. Bangsa ini berulang kali menunjukkan sifat tersebut sepanjang pelarian mereka dari Mesir. Mereka sering mengeluh, meragukan pimpinan Allah, dan bahkan kembali kepada kebiasaan lama yang tidak berkenan di hadapan Tuhan.
Pernyataan Tuhan ini muncul dalam konteks di mana bangsa Israel baru saja membuat patung anak lembu emas dan menyembahnya. Tindakan tersebut merupakan pelanggaran serius terhadap perintah pertama dan kedua dalam Sepuluh Perintah Allah, yang menekankan penyembahan kepada satu Tuhan yang benar. Sebagai respons atas dosa ini, Tuhan menyatakan keinginan-Nya untuk tidak lagi berjalan di tengah-tengah mereka dalam kehadiran yang penuh kemuliaan, karena kehadiran-Nya yang kudus tidak dapat bersatu dengan dosa yang terus menerus dilakukan oleh umat-Nya. Risiko kebinasaan sangat nyata jika mereka terus menerus menantang kesucian dan otoritas Tuhan.
Meskipun peringatan ini terdengar keras, penting untuk melihatnya dalam konteks kasih setia Allah yang tak terbatas. Perintah agar Tuhan tidak berjalan di tengah mereka bukanlah penolakan total, melainkan sebuah penyesuaian yang didasarkan pada sifat Allah yang kudus dan sifat manusia yang berdosa. Tuhan tidak pernah meninggalkan umat-Nya, tetapi Dia juga tidak dapat membiarkan dosa terus menerus merajalela tanpa konsekuensi. Peringatan ini sejatinya membuka ruang bagi pertobatan dan pemulihan.
Menariknya, setelah ayat ini, kita melihat Musa memohon belas kasihan Tuhan dan mengingatkan-Nya akan janji-janji-Nya. Respons Tuhan atas permohonan Musa menunjukkan sifat pengampunan dan pemulihan-Nya. Tuhan berjanji untuk terus menyertai mereka, meskipun mungkin dalam cara yang berbeda. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada konsekuensi dari ketidaktaatan, Tuhan selalu membuka jalan bagi umat-Nya untuk kembali kepada-Nya. Kasih setia-Nya dinyatakan bukan melalui pengabaian dosa, tetapi melalui kesempatan untuk pemulihan dan pembentukan karakter yang lebih baik.
Keluaran 33:3 memberikan pelajaran berharga bagi kita hari ini. Pertama, ia mengingatkan kita tentang kekudusan Allah dan ketidaksesuaian-Nya dengan dosa. Kehadiran Allah yang penuh berkat tidak dapat kita nikmati secara penuh jika kita terus menerus hidup dalam dosa dan ketegaran hati. Kita perlu memiliki kesadaran akan pentingnya ketaatan dan kerendahan hati di hadapan Tuhan.
Kedua, ayat ini menyoroti sifat Allah yang penuh kasih namun juga adil. Dia tidak pernah menginginkan kebinasaan umat-Nya, tetapi Dia juga harus menegakkan standar kekudusan-Nya. Melalui Kristus, kita memiliki akses kepada pengampunan dan pemulihan. Namun, pengampunan ini harus disambut dengan hati yang bertobat dan keinginan untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Memahami firman Tuhan seperti Keluaran 33:3 membantu kita untuk lebih menghargai anugerah-Nya dan hidup dalam persekutuan yang semakin dekat dengan-Nya.