Keluaran 35

"Setiap orang yang terpanggil hatinya dan yang didorong oleh rohnya datang membawa persembahan khusus kepada TUHAN untuk mendirikan Kemah Suci, untuk ibadah di dalamnya dan untuk barang-barang kudus."

Keluaran 35:8

Ilustrasi visual mengenai semangat memberi dan membangun tempat ibadah.

Makna Mendalam Persembahan Berdasarkan Keluaran 35:8

Ayat ini, "Setiap orang yang terpanggil hatinya dan yang didorong oleh rohnya datang membawa persembahan khusus kepada TUHAN untuk mendirikan Kemah Suci, untuk ibadah di dalamnya dan untuk barang-barang kudus," dari Kitab Keluaran pasal 35, menawarkan sebuah perspektif yang indah mengenai esensi persembahan. Ayat ini bukan sekadar daftar instruksi teknis tentang bagaimana membangun Kemah Suci, melainkan lebih dalam lagi, ia menyoroti motivasi di balik tindakan memberi tersebut.

Kata kunci di sini adalah "terpanggil hatinya" dan "didorong oleh rohnya." Ini menunjukkan bahwa persembahan yang tulus dan berkenan kepada Tuhan bukanlah sesuatu yang dilakukan karena terpaksa, kewajiban semata, atau bahkan untuk pamer. Sebaliknya, ia berasal dari kerinduan hati yang mendalam, sebuah dorongan internal yang lahir dari hubungan pribadi dengan Tuhan. Ketika hati seseorang dipanggil, ia merasakan suatu daya tarik yang kuat untuk berkontribusi pada pekerjaan Tuhan. Demikian pula, dorongan roh memastikan bahwa tindakan memberi itu dimotivasi oleh kasih dan keinginan untuk menyenangkan Tuhan, bukan oleh keuntungan pribadi atau tekanan eksternal.

Semangat Memberi sebagai Ekspresi Iman

Membangun Kemah Suci adalah proyek besar yang membutuhkan sumber daya yang melimpah dan partisipasi dari seluruh umat. Tuhan tidak meminta sesuatu yang memberatkan, tetapi Dia ingin umat-Nya mengambil bagian dalam pekerjaan-Nya dengan sukarela. Persembahan yang dibawa bukanlah sekadar materi—emas, perak, tembaga, kain berwarna-warni, kulit binatang—tetapi juga keterampilan dan tenaga kerja. Setiap elemen yang disumbangkan memiliki tujuan mulia: untuk menciptakan tempat di mana Tuhan berdiam di tengah umat-Nya, tempat untuk beribadah dan mengalami hadirat-Nya.

Keluaran 35:8 mengajarkan kita bahwa ibadah sejati tidak hanya terbatas pada liturgi atau ritual, tetapi juga mencakup cara kita menggunakan sumber daya yang dipercayakan kepada kita. Persembahan yang tulus adalah bentuk penyembahan. Ini adalah pengakuan bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan, dan kita hanyalah pengelola yang dipercayakan. Ketika kita memberi dengan hati yang gembira dan dorongan roh, kita sedang mempersembahkan diri kita sendiri kepada Tuhan, menyatakan bahwa Dia adalah yang terutama dalam hidup kita.

Dampak Positif dari Memberi dengan Tulus

Pengalaman umat Israel dalam membangun Kemah Suci membuktikan bahwa ketika hati dipenuhi oleh panggilan ilahi, ada kelimpahan dan bahkan kelebihan persembahan. Musa bahkan harus memerintahkan mereka untuk berhenti memberi karena persembahan yang dibawa sudah lebih dari cukup. Hal ini mengajarkan bahwa Tuhan memberkati kemurahan hati. Ketika kita memberi dengan tulus, kita tidak akan kekurangan. Justru, Tuhan akan membuka jendela-jendela langit dan mencurahkan berkat yang melimpah, baik secara rohani maupun jasmani, agar kita dapat terus menjadi saluran berkat bagi orang lain.

Keluaran 35:8 mengingatkan kita bahwa setiap orang memiliki peran dalam pekerjaan Tuhan, tidak peduli seberapa besar atau kecil kontribusinya. Yang terpenting adalah motivasi di baliknya. Dengan hati yang terpanggil dan roh yang mendorong, persembahan sekecil apapun bisa menjadi sangat berarti dan membawa dampak besar, terutama dalam membangun komunitas iman dan memperluas jangkauan Kerajaan Allah. Semangat memberi ini menjadi salah satu pilar penting dalam perjalanan spiritual umat beriman, menjadikannya sebuah ekspresi iman yang hidup dan dinamis.