Keluaran 36:38

"Dan TUHAN berfirman kepada Musa: 'Pergilah, masuklah ke Mesir dan keluarlah dari sana, engkau serta kaummu, ke negeri Kanaan. Tetapi Aku akan mengeraskan hati Firaun, sehingga ia tidak mau melepaskan mereka itu.'"

Menuju Harapan

Menyingkap Makna di Balik Firman

Ayat Keluaran 36:38 seringkali menjadi titik refleksi mendalam tentang perjalanan spiritual dan perjuangan menuju kebebasan. Dalam konteks narasi Alkitab, firman ini diucapkan oleh Tuhan kepada Musa sebagai bagian dari persiapan besar bagi bangsa Israel untuk keluar dari perbudakan di Mesir. Kata-kata ini bukan sekadar instruksi geografis, melainkan fondasi teologis yang sarat makna. Perintah untuk "masuklah ke Mesir dan keluarlah dari sana" bisa diinterpretasikan secara literal maupun metaforis. Secara literal, ini merujuk pada momen krusial ketika Musa, yang sebelumnya melarikan diri dari Mesir, kini dipanggil kembali untuk memimpin bangsanya menuju tanah perjanjian.

Namun, di balik literalitasnya, tersimpan pelajaran universal. "Masuk ke Mesir" dapat diibaratkan sebagai menghadapi kembali situasi sulit, tantangan, atau bahkan kesalahan masa lalu yang seolah harus dihadapi sekali lagi sebelum benar-benar bisa dilepaskan. Sementara "keluar dari sana" adalah simbol dari proses pembebasan, pertumbuhan, dan transisi menuju kondisi yang lebih baik. Perjalanan keluar ini tidak pernah mudah, dan firman Tuhan selanjutnya menegaskan hal tersebut: "Tetapi Aku akan mengeraskan hati Firaun, sehingga ia tidak mau melepaskan mereka itu."

Pernyataan mengenai "mengeraskan hati Firaun" seringkali menjadi perdebatan teologis. Namun, dari perspektif kemanusiaan dan keberanian, ini menunjukkan bahwa tidak semua rintangan akan hilang seketika. Akan ada perlawanan, penolakan, dan ujian yang terus menerus. Tuhan tidak menjanjikan jalan yang mulus, melainkan janji penyertaan dan kekuatan untuk menghadapi badai. Keterlibatan Tuhan dalam "mengeraskan hati Firaun" bukanlah untuk menjadikan manusia sebagai pion tanpa kehendak, melainkan sebagai bagian dari rencana ilahi yang lebih besar, di mana kehendak manusia yang menolak kebenaran akan dihadapkan pada konsekuensinya, sambil pada saat yang sama, kehendak Tuhan untuk membebaskan umat-Nya tetap teguh terlaksana melalui tanda-tanda dan keajaiban.

Keluaran 36:38 mengajarkan kita bahwa proses pembebasan, baik dari belenggu fisik, mental, maupun spiritual, seringkali melibatkan siklus yang kompleks. Kita mungkin perlu menghadapi kembali hal-hal yang ingin kita lupakan, dan kita akan berhadapan dengan resistensi dari diri sendiri maupun dari lingkungan sekitar. Namun, keyakinan bahwa Tuhan berkuasa atas segala rintangan dan tetap berkehendak untuk membawa kita pada tujuan yang lebih mulia, adalah sumber kekuatan yang tak ternilai. Mari kita renungkan firman ini sebagai pengingat bahwa di setiap tantangan keluar dari "Mesir" kita, ada kekuatan ilahi yang menyertai, membimbing, dan akhirnya memerdekakan. Kemerdekaan sejati seringkali harus diperjuangkan, bukan hanya diterima.

Perjalanan keluar dari Mesir ini melambangkan sebuah transisi dari kegelapan menuju terang, dari penindasan menuju kebebasan. Ini adalah kisah tentang iman yang diuji, ketekunan yang dibentuk, dan janji Tuhan yang tidak pernah gagal.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai makna Keluaran, Anda bisa merujuk pada sumber-sumber tafsir alkitabiah.