TUHAN berfirman kepada Musa: "Apabila engkau sudah kembali ke Mesir, lihatlah, segala mujizat yang akan kautaruh di tanganmu itu, haruslah kauperbuat di depan Firaun. Tetapi Aku akan mengeraskan hati Firaun, sehingga ia tidak akan membiarkan bangsa itu pergi.
Kisah Musa di hadapan Firaun adalah momen krusial dalam sejarah bangsa Israel. Ayat Keluaran 4:21 menegaskan peran TUHAN dalam peristiwa ini. Ayat ini tidak hanya menggambarkan kekuatan dan kedaulatan Allah, tetapi juga menunjukkan bagaimana Dia menggunakan situasi yang sulit untuk menunjukkan kuasa-Nya kepada seluruh dunia, khususnya kepada bangsa Mesir.
Ketika TUHAN berbicara kepada Musa, Dia telah memperlengkapi Musa dengan kuasa untuk melakukan berbagai mujizat. Namun, di balik persiapan ilahi ini, ada pernyataan yang sangat penting: "Tetapi Aku akan mengeraskan hati Firaun..." Pernyataan ini seringkali menimbulkan pertanyaan dan perdebatan teologis. Mengapa Allah mengeraskan hati Firaun, padahal Firaun sendiri telah menunjukkan ketidaktaatan?
Pertama-tama, penting untuk memahami bahwa Firaun, bahkan sebelum intervensi Allah secara langsung, sudah memiliki hati yang keras. Kesombongan dan penolakannya untuk mengakui kekuasaan Allah sudah terlihat jelas. Allah tidak menciptakan kekerasan hati Firaun dari ketiadaan, melainkan memanfaatkan dan mengizinkan kekerasan hati yang sudah ada itu untuk menjadi sarana bagi-Nya dalam menyatakan kemuliaan-Nya.
Kedua, tujuan Allah mengeraskan hati Firaun bukanlah untuk menyiksa atau menghukum secara tidak adil, tetapi untuk menegaskan kedaulatan-Nya atas Mesir dan seluruh dunia. Setiap mujizat yang dilakukan Musa, dan setiap penolakan Firaun yang disebabkan oleh hati yang dikeraskan, menjadi bukti nyata bahwa TUHAN adalah Allah yang Mahakuasa. Hal ini penting bukan hanya untuk bangsa Israel, tetapi juga agar "kamu tahu, bahwa Akulah TUHAN" (seperti yang sering disebutkan dalam Keluaran).
Mujizat-mujizat yang akan dilakukan Musa di hadapan Firaun adalah tanda-tanda yang sangat kuat. Tongkat yang berubah menjadi ular, tangan yang terkena kusta dan sembuh, air yang berubah menjadi darah – semua ini adalah manifestasi dari kuasa ilahi yang melampaui pemahaman manusia pada masa itu. Namun, bahkan dengan bukti-bukti yang begitu gamblang, hati yang sudah tertutup akan tetap menolak.
Bagi bangsa Israel, kisah ini adalah pengingat akan pemeliharaan dan pembebasan Allah. Meskipun jalan keluar dari perbudakan Mesir tampaknya penuh rintangan, TUHAN telah berjanji untuk membimbing dan melindungi mereka. Penolakan Firaun, yang dikeraskan oleh Allah, pada akhirnya hanya akan mempercepat tindakan pembebasan Allah, yang berpuncak pada peristiwa Keluaran yang dahsyat.
Secara praktis, ayat ini mengajarkan kita bahwa Allah bekerja melalui berbagai cara, bahkan melalui situasi yang tampaknya negatif, untuk mencapai tujuan-Nya yang lebih besar. Dia dapat menggunakan penolakan, kesulitan, dan bahkan kejahatan manusia untuk menyatakan kebenaran dan kuasa-Nya. Bagi kita yang percaya, ini adalah sumber penghiburan dan kepastian bahwa sekalipun dunia ini penuh dengan tantangan dan penolakan, kedaulatan Allah tetap tak tergoyahkan. Dia memiliki kendali penuh dan akan selalu bekerja untuk kebaikan umat-Nya, sambil mendatangkan penghakiman atas kekuatan yang menentang-Nya.
Mari kita renungkan betapa dalamnya rencana Allah dan bagaimana Dia menggunakan setiap elemen, bahkan hati yang keras, untuk menggenapi janji-Nya. Keluaran 4:21 memberikan pandangan sekilas tentang kedalaman hikmat dan kuasa Allah dalam memimpin umat-Nya keluar dari perbudakan.