"Aku akan memberi makanan dan minuman kepadamu, tetapi engkau sendiri akan membawanya ke tempat pembuangan."
Ayat Mikha 6:14 adalah sebuah pernyataan profetik yang seringkali menimbulkan pertanyaan. Dalam konteks yang lebih luas dari kitab Mikha, ayat ini berbicara tentang konsekuensi dari tindakan ketidakadilan dan pengabaian terhadap kehendak Allah. Bangsa Israel, yang seringkali diperingatkan oleh nabi Mikha, dihadapkan pada peringatan bahwa meskipun Allah telah menyediakan berkat dan kemakmuran, tindakan mereka yang salah akan membawa pada kehancuran dan pembuangan.
Frasa "Aku akan memberi makanan dan minuman kepadamu, tetapi engkau sendiri akan membawanya ke tempat pembuangan" mengandung ironi yang mendalam. Allah menjanjikan pemeliharaan dan kelimpahan, sebuah gambaran tentang berkat yang Ia berikan kepada umat-Nya. Namun, penolakan mereka untuk hidup dalam kebenaran, keadilan, dan kasih menyebabkan berkat tersebut justru menjadi sarana kehancuran. Makanan dan minuman yang seharusnya menjadi sumber kekuatan dan kehidupan, pada akhirnya akan mereka bawa sendiri ke dalam kondisi yang mengerikan, yaitu tempat pembuangan atau kehancuran.
Dalam perspektif yang lebih luas, ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya ketaatan dan keadilan dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi umat beriman. Allah tidak hanya menuntut ibadah lahiriah, tetapi juga sikap hati yang benar dan tindakan yang mencerminkan kasih-Nya. Mikha, bersama nabi-nabi lainnya, menekankan bahwa Allah menghendaki keadilan dijalankan, kasih setia dikasihi, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allah.
Ketika kita mengabaikan prinsip-prinsip ini, bahkan berkat-berkat yang diberikan Allah pun dapat berbalik menjadi beban. Misalnya, kekayaan yang diperoleh melalui cara-cara yang tidak jujur atau penyalahgunaan kekuasaan dapat membawa pada kehancuran finansial atau sosial. Kesehatan yang baik dapat disia-siakan dengan gaya hidup yang tidak sehat. Semua ini adalah gambaran dari bagaimana kelimpahan dapat "dibawa ke tempat pembuangan" ketika tidak disertai dengan hikmat dan ketaatan.
Mikha 6:14 mengajak kita untuk merenungkan hubungan kita dengan Allah dan bagaimana kita menjalankan kehidupan berdasarkan ajaran-Nya. Apakah kita benar-benar hidup dalam prinsip-prinsip kasih, keadilan, dan kerendahan hati? Atau apakah kita cenderung mengabaikan hal-hal tersebut demi kepentingan diri sendiri? Allah telah menyediakan segala sesuatu yang kita butuhkan untuk hidup saleh dan berkelimpahan secara rohani. Namun, tanggung jawab untuk memanfaatkan berkat-berkat ini dengan bijak dan untuk kemuliaan-Nya ada pada diri kita.
Ketika kita hidup sesuai dengan kehendak Allah, makanan dan minuman (serta segala berkat lainnya) akan menjadi sumber kehidupan yang sejati, bukan sesuatu yang akan kita bawa ke dalam kebinasaan. Ayat ini adalah panggilan untuk refleksi diri yang mendalam, mendorong kita untuk memastikan bahwa fondasi kehidupan kita adalah ketaatan yang tulus dan tindakan yang mencerminkan kasih serta keadilan ilahi.