"Tetapi jika mereka tidak juga mau percaya kepada kedua tanda itu dan tidak mau mendengarkan perkataanmu, maka engkau harus mengambil air dari Sungai Nil dan mencurahkannya ke tanah kering. Maka air yang engkau ambil dari Nil itu akan menjadi darah di tanah kering."
Ayat yang terkandung dalam Kitab Keluaran pasal 4 ayat 9 ini merupakan salah satu momen krusial dalam narasi pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Ayat ini bukan sekadar sebuah kisah ajaib, melainkan sarat makna yang mendalam, mencakup tema kepercayaan, ketidakpercayaan, dan manifestasi kuasa ilahi. Ketika Musa diutus oleh Tuhan untuk menghadapi Firaun, ia diberi dua tanda ajaib sebagai bukti otentikitas utusannya. Tanda pertama adalah transformasi tongkat menjadi ular, dan tanda kedua, yang dijelaskan dalam Keluaran 4:9, adalah kemampuan mengubah air Sungai Nil menjadi darah.
Musa, meskipun dihormati sebagai seorang nabi, tidak serta merta menjadi sosok yang berani tanpa keraguan. Ia menyuarakan kekhawatirannya kepada Tuhan mengenai penerimaan bangsanya dan para pemimpin Mesir terhadap perkataannya. Tuhan, dalam kasih dan kebijaksanaan-Nya, memberikan tanda-tanda ini untuk memperkuat keyakinan Musa dan meyakinkan orang lain. Keluaran 4:9 secara spesifik menggambarkan skenario terburuk: bagaimana jika orang-orang tetap tidak percaya meskipun telah melihat keajaiban pertama? Di sinilah tanda kedua hadir, sebuah manifestasi yang lebih dramatis dan mencolok, melibatkan sumber kehidupan Mesir itu sendiri – Sungai Nil.
Ilustrasi visual untuk Keluaran 4:9
Tanda mengubah air menjadi darah memiliki resonansi kuat dengan Mesir kuno. Sungai Nil adalah sumber kehidupan bagi peradaban Mesir, menyediakan air untuk minum, irigasi, dan transportasi. Dengan mengubah airnya menjadi darah, Tuhan secara simbolis menunjukkan penguasaan-Nya atas dewa-dewa Mesir yang mereka sembah, serta memperlihatkan kekuatan yang jauh melampaui apa pun yang dapat dilakukan oleh manusia atau kekuatan duniawi. Ini adalah deklarasi otoritas ilahi yang tak terbantahkan.
Bagi Musa, ayat ini menjadi pengingat akan dua hal: pertama, pentingnya ketaatan kepada perintah Tuhan, bahkan ketika menghadapi ketidakpastian. Kedua, bahwa Tuhan akan memberikan bukti yang cukup bagi mereka yang ragu-ragu, namun kepercayaan sejati tetaplah sebuah pilihan. Keluaran 4:9 juga dapat ditafsirkan sebagai gambaran tentang konsekuensi dari penolakan terhadap kebenaran ilahi. Ketika sumber kehidupan (air) diubah menjadi sesuatu yang mematikan (darah), ini mencerminkan keadaan spiritual orang-orang yang menolak panggilan Tuhan – kehidupan mereka menjadi tandus dan tidak berdaya.
Dalam konteks yang lebih luas, kisah Keluaran 4:9 mengajarkan kita tentang sifat iman. Iman bukanlah tanpa tantangan; seringkali kita dihadapkan pada situasi di mana keraguan bisa muncul. Namun, Tuhan selalu siap memberikan tanda dan bukti bagi mereka yang mencari-Nya dengan tulus. Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak mudah menyerah pada ketidakpercayaan, baik dalam diri sendiri maupun orang lain, tetapi untuk terus mencari dan memegang teguh kebenaran yang dinyatakan Tuhan. Pentingnya Keluaran 4:9 terletak pada pengajarannya tentang kuasa supranatural, peran tanda-tanda dalam membangkitkan keyakinan, dan konsekuensi dari ketidaktaatan. Ini adalah ayat yang menginspirasi untuk merefleksikan kedalaman iman dan kuasa Tuhan yang tak terbatas dalam membebaskan dan memimpin umat-Nya.