Firman Tuhan dalam Keluaran 40:2 menandai sebuah momen krusial dalam sejarah perjalanan bangsa Israel menuju tanah perjanjian. Ayat ini bukan sekadar instruksi teknis mengenai pendirian sebuah struktur fisik, melainkan sebuah penanda dimulainya fase baru yang penuh dengan kehadiran ilahi. Pendirian Kemah Suci merupakan puncak dari serangkaian perintah yang diberikan Musa di Gunung Sinai, sebuah perwujudan dari keinginan Tuhan untuk tinggal di tengah-tengah umat-Nya. Ini adalah bukti nyata dari kasih dan kesetiaan-Nya yang tak tergoyahkan.
Kata "kemah suci" sendiri memiliki makna yang mendalam. Ia melambangkan tempat kediaman Allah, tempat di mana manusia dapat mendekat kepada-Nya. Pendiriannya pada hari pertama bulan pertama bukan tanpa alasan. Bulan Nisan, yang dimulai pada hari itu, seringkali dikaitkan dengan awal yang baru dan pembebasan, seperti perayaan Paskah yang telah diperintahkan sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa kemuliaan Tuhan yang akan dinyatakan adalah kemuliaan kebebasan dan permulaan yang segar.
Proses pendirian Kemah Suci tidak terjadi begitu saja. Seluruh umat Israel, sesuai dengan petunjuk ilahi, terlibat dalam pembuatannya dengan hati yang tulus dan persembahan yang sukarela. Keindahan dan kesempurnaan Kemah Suci mencerminkan kemuliaan Sang Pencipta itu sendiri. Setiap detail, dari tirai-tirai halus hingga perkakas emas, semuanya diperintahkan oleh Tuhan dan dirancang untuk memuliakan nama-Nya. Ketika semua komponen telah selesai dibuat dan dirangkai, tibalah saatnya untuk mendirikannya.
Ayat ini menjadi gerbang pembuka menuju babak berikutnya yang luar biasa. Keesokan harinya, seperti yang tercatat dalam Keluaran 40:34-35, awan turun menutupi Kemah Pertemuan, dan kemuliaan TUHAN memenuhi seluruh kemah. Ini adalah penampakan fisik dari hadirat Allah yang tak terlihat, sebuah simbol yang membimbing dan melindungi umat-Nya dalam pengembaraan mereka. Awan yang membimbing di siang hari dan api di malam hari, semuanya adalah manifestasi dari kesetiaan Tuhan yang terus-menerus hadir bersama umat-Nya.
Bagi kita di zaman modern, peringatan pendirian Kemah Suci dalam Keluaran 40:2 tetap relevan. Meskipun kita tidak lagi mendirikan kemah fisik, konsep "kemah suci" kini telah bertransformasi menjadi diri kita masing-masing. Rasul Paulus mengajarkan bahwa tubuh orang percaya adalah bait Allah (1 Korintus 3:16). Oleh karena itu, kita dipanggil untuk mendirikan "kemah" yang layak bagi kehadiran Roh Kudus. Ini berarti hidup dalam kekudusan, menjauhkan diri dari dosa, dan menguduskan hidup kita bagi kemuliaan Tuhan.
Pendirian Kemah Suci juga mengingatkan kita akan pentingnya komunitas orang percaya. Kemah Suci adalah pusat ibadah dan pertemuan bagi seluruh bangsa Israel. Demikian pula, gereja sebagai tubuh Kristus adalah tempat di mana kita berkumpul untuk menyembah Tuhan, saling menguatkan, dan bertumbuh dalam iman. Ketika kita bersama-sama mendirikan "kemah" rohani ini melalui doa, pujian, dan persekutuan, kemuliaan Tuhan pun akan nyata di tengah-tengah kita. Keluaran 40:2 adalah undangan untuk senantiasa memperbaharui komitmen kita untuk menjadikan hidup kita sebagai tempat yang kudus bagi Tuhan, sehingga kemuliaan-Nya senantiasa terlihat dan terpancar.