"Tetapi Musa berkata di hadapan TUHAN: "Bilakah gerangan aku dapat berbicara kepada Firaun, sehingga ia mendengarkan aku, padahal aku seorang yang tidak pandai bicara?""
Ayat yang terambil dari Kitab Keluaran pasal 6, ayat 30, menyajikan momen reflektif yang mendalam dari Musa. Di tengah tugas monumental yang dipercayakan kepadanya oleh Tuhan – yaitu untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir – Musa mengungkapkan keraguan dan rasa ketidakmampuannya. Pernyataan "padahal aku seorang yang tidak pandai bicara" bukanlah sekadar ungkapan kelemahan sesaat, melainkan cerminan dari pergulatan batin yang dihadapi banyak individu ketika dihadapkan pada panggilan yang besar.
Keluaran 6:30 menunjukkan sisi manusiawi Musa. Ia adalah seorang pemimpin yang dipilih Tuhan, telah menyaksikan tanda-tanda kuasa ilahi, dan telah menerima mandat langsung dari Sang Pencipta. Namun, bahkan dengan latar belakang yang demikian kuat, ia masih merasa terbebani oleh keterbatasan pribadinya, khususnya dalam hal kemampuan berkomunikasi. Ini mengajarkan kita bahwa panggilan ilahi atau tugas penting tidak selalu menghilangkan rasa takut, keraguan, atau perasaan tidak mampu yang inheren dalam diri manusia.
Respon Musa kepada Tuhan, "Tetapi Musa berkata di hadapan TUHAN...", menggarisbawahi pentingnya komunikasi langsung dengan Sang Ilahi. Dalam setiap tantangan hidup, terutama yang terasa melampaui kapasitas diri, membawa pergumulan itu dalam doa dan komunikasi pribadi dengan Tuhan adalah langkah krusial. Musa tidak berpura-pura kuat atau menyembunyikan kelemahannya. Ia jujur kepada Tuhan tentang apa yang ia rasakan.
Pengalaman Musa dalam Keluaran 6:30 seharusnya menjadi sumber penghiburan dan dorongan bagi kita. Seringkali, kita menolak atau ragu-ragu dalam mengambil langkah baru, memulai proyek, atau bahkan berbicara tentang keyakinan kita, karena merasa tidak cukup baik, tidak cukup pintar, atau tidak cukup berbakat. Namun, Tuhan tidak memanggil orang yang cakap, melainkan membuat orang yang dipanggil-Nya menjadi cakap. Sejarah Musa sendiri adalah bukti nyata dari janji ini. Tuhan menggunakan ketidakmampuan Musa dalam berbicara untuk menunjukkan bahwa kuasa-Nya justru berkuasa penuh dalam kelemahan. Tuhan memberikan Harun sebagai juru bicara Musa, yang menunjukkan bahwa Tuhan dapat menyediakan sumber daya dan dukungan yang kita butuhkan untuk memenuhi panggilan-Nya.
Keluaran 6:30 mengingatkan kita bahwa keyakinan tidak berarti tidak adanya keraguan, tetapi keyakinan berarti bertindak meskipun ada keraguan. Ini adalah panggilan untuk menyerahkan kekhawatiran kita kepada Tuhan dan percaya bahwa Dia akan memberikan kekuatan, hikmat, dan kemampuan yang diperlukan untuk menunaikan tugas yang telah dipercayakan kepada kita. Ketika kita merasa tidak mampu, mari kita ingat Musa dan respons Tuhan kepadanya. Mari kita belajar untuk berbicara kepada Tuhan tentang keterbatasan kita, dan percaya pada kekuatan-Nya yang akan menjadikan kita lebih dari sekadar mampu.