Ayat Keluaran 7:23 merupakan salah satu momen krusial dalam narasi keluarnya bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Ayat ini menyoroti dua elemen penting: manifestasi kuasa ilahi melalui perkataan Musa dan Harun, serta penolakan Firaun yang keras kepala. Penggambaran ini tidak hanya tentang pergulatan antara dua pemimpin, tetapi juga tentang benturan antara kepercayaan dan kesombongan, antara ketundukan pada kehendak ilahi dan penegasan kekuasaan duniawi.
Ketika Musa dan Harun menyampaikan pesan Tuhan, mereka membawa otoritas surgawi. Frasa "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel" bukanlah sekadar klaim, melainkan sebuah pernyataan yang mengikat dan membawa bobot ilahi. Mereka meminta Firaun untuk melepaskan umat pilihan Tuhan agar dapat beribadah kepada-Nya. Ini adalah inti dari permintaan mereka: pengakuan terhadap kedaulatan Tuhan dan hak-Nya atas ciptaan-Nya, termasuk umat Israel. Tindakan ini bertujuan untuk menegaskan bahwa Israel bukan sekadar budak Firaun, melainkan milik Tuhan yang memiliki tujuan ilahi.
Namun, respons Firaun sangatlah mengejutkan dan penuh dengan arogansi. Pertanyaannya, "Siapakah TUHAN itu, sehingga aku harus mendengarkan firman-Nya...?" mencerminkan ketidaktahuan yang disengaja dan penolakan total terhadap otoritas ilahi. Firaun, yang menganggap dirinya dewa di Mesir, tidak dapat memahami atau menerima konsep Tuhan yang lain, apalagi yang memerintahkan padanya. Penegasannya, "Aku tidak mengenal TUHAN dan aku tidak akan membiarkan orang Israel pergi," menunjukkan kedegilan hati yang mendalam. Ini bukan hanya soal politik atau ekonomi, tetapi perang spiritual yang sedang terjadi.
Ayat ini menjadi titik tolak bagi serangkaian tulah yang akan ditimpakan Tuhan atas Mesir. Tulah-tulah ini akan menjadi bukti nyata dari kuasa Tuhan yang melampaui kekuatan Firaun dan dewa-dewa Mesir. Setiap tulah akan semakin mempertegas ketidakberdayaan Firaun dan kekuasaan Tuhan yang tak terbantahkan. Permintaan untuk beribadah bukan hanya soal ritual, tetapi tentang pengakuan identitas Israel sebagai umat Tuhan dan pemisahan mereka dari pengaruh Mesir yang sesat.
Dalam konteks yang lebih luas, Keluaran 7:23 mengajarkan kita tentang pentingnya mengakui kedaulatan Tuhan dalam kehidupan kita. Seringkali, seperti Firaun, kita mungkin menolak untuk mendengarkan suara Tuhan atau membiarkan kehendak-Nya mendikte hidup kita. Kita mungkin merasa nyaman dengan cara kita sendiri atau merasa terlalu kuat untuk tunduk pada sesuatu yang lebih besar dari diri kita. Namun, penolakan ini seringkali membawa konsekuensi yang lebih berat, seperti tulah yang menimpa Mesir.
Kisah ini juga memberikan pengharapan. Meskipun Firaun menolak, Tuhan tetap memegang kendali. Rencana-Nya tidak akan terhalang oleh kesombongan manusia. Akhirnya, Tuhan akan membebaskan umat-Nya, menunjukkan bahwa tidak ada kekuatan yang dapat menandingi kuasa-Nya. Pengalaman bangsa Israel keluar dari Mesir adalah simbol abadi dari kebebasan yang diberikan Tuhan kepada mereka yang percaya dan taat.
Dengan memahami ayat Keluaran 7:23, kita diajak untuk merenungkan posisi kita di hadapan Tuhan. Apakah kita seperti Firaun yang keras kepala, atau seperti Musa dan Harun yang setia membawa pesan ilahi? Keputusan kita akan menentukan arah perjalanan hidup kita, dan seperti bangsa Israel, kita dapat menemukan kebebasan sejati dalam kedaulatan Tuhan yang penuh kasih.