Keluaran 7

"TUHAN berfirman kepada Musa: 'Lihatlah, Aku telah menjadikan engkau seperti Allah bagi Firaun; dan Harun, abangmu, akan menjadi nabimu. Engkau akan mengatakan segala yang kuperintahkan kepadamu, dan Harun, abangmu, akan mengatakannya kepada Firaun, supaya ia membiarkan orang Israel keluar dari negerinya.'"

Ayat Keluaran 7:1-2 ini menjadi pembuka sebuah narasi penting dalam perjalanan bangsa Israel menuju kebebasan. TUHAN menetapkan Musa sebagai perpanjangan kuasa-Nya, seolah-olah ia adalah dewa di hadapan Firaun. Ini bukan berarti Musa memiliki kekuatan ilahi yang setara dengan Sang Pencipta, melainkan ia adalah utusan yang membawa firman dan kehendak Allah yang mutlak dan tak terbantahkan. Peran Harun sebagai nabi, atau juru bicara, menegaskan pentingnya pesan yang disampaikan. Mereka berdua adalah perwujudan dari otoritas ilahi yang akan memaksa Firaun untuk tunduk pada perintah Allah, yaitu membebaskan umat pilihan-Nya dari perbudakan yang telah berlangsung selama ratusan tahun di Mesir.

Keluaran 7:24 membuka sebuah gambaran tentang konsekuensi dari penolakan Firaun terhadap firman Tuhan. Setelah serangkaian tulah yang mengerikan menimpa Mesir, termasuk air Sungai Nil yang berubah menjadi darah, Allah tidak berhenti menunjukkan kuasa-Nya. Ayat ini secara spesifik menyoroti air, sebuah elemen vital bagi kehidupan, yang diperintahkan Tuhan untuk diubah menjadi darah. Ini bukan sekadar fenomena alam biasa, tetapi tanda kuasa ilahi yang mendalam, yang berdampak langsung pada kehidupan masyarakat Mesir, mulai dari kebutuhan dasar mereka hingga ekonomi yang sangat bergantung pada Sungai Nil.

Simbol Keluaran 7 24: Air yang berubah menjadi darah

Dalam konteks yang lebih luas, peristiwa yang dijelaskan dalam Keluaran 7 menjadi pengingat abadi tentang pentingnya keluaran 7 24. Hal ini bukan hanya tentang hukuman bagi Firaun dan bangsa Mesir karena kekerasan hati mereka, tetapi juga tentang pemeliharaan dan perlindungan Allah terhadap umat-Nya. Setiap tulah yang menimpa Mesir, meski mengerikan, justru memperkuat posisi Israel dan menunjukkan bahwa mereka berada di bawah naungan kuasa ilahi yang berbeda dari kekuatan duniawi.

Keluaran 7:24, dengan gambaran air yang berubah menjadi darah, dapat diartikan sebagai simbol dari ketidakberdayaan manusia di hadapan kuasa Tuhan ketika mereka menolak untuk taat. Air yang menjadi sumber kehidupan berubah menjadi sumber kesengsaraan. Ini mengajarkan kita tentang konsekuensi dari pemberontakan dan penolakan terhadap kehendak Ilahi. Pesan ini tetap relevan hingga kini, mengingatkan kita untuk senantiasa berserah kepada Tuhan dan mengakui otoritas-Nya dalam setiap aspek kehidupan. Memahami narasi ini membantu kita menghargai signifikansi keluaran 7 24 sebagai tanda intervensi ilahi yang membawa pembebasan dan keadilan.

Lebih jauh lagi, kisah ini memberikan pelajaran berharga tentang kesabaran dan ketekunan. Musa dan Harun, meskipun dihadapkan pada penolakan Firaun yang berulang kali, tetap setia menjalankan perintah Tuhan. Mereka menjadi teladan bagi kita dalam menghadapi kesulitan dan rintangan. Keluaran 7 24, sebagai bagian dari serangkaian peristiwa dramatis, menegaskan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya, bahkan dalam situasi yang paling genting sekalipun. Ia akan selalu menyediakan jalan keluar dan perlindungan bagi mereka yang beriman dan taat kepada-Nya.

Oleh karena itu, merenungkan Keluaran 7, terutama bagian yang berkaitan dengan dampak dan makna dari peristiwa seperti yang digambarkan dalam keluaran 7 24, memberikan kita perspektif yang lebih dalam tentang kuasa Tuhan, konsekuensi ketidaktaatan, dan jaminan perlindungan ilahi bagi umat-Nya. Ini adalah kisah tentang transformasi, kebebasan, dan keyakinan yang teguh pada Sang Pencipta alam semesta.