Tetapi ketika Firaun melihat, bahwa telah ada kelegaan, ia mengeraskan hatinya, dan tidak mendengarkan mereka, seperti yang telah difirmankan TUHAN.
Keluaran 8:14 mencatat sebuah momen krusial dalam narasi pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Ayat ini menggambarkan keteguhan hati Firaun yang kembali mengeras, sebuah pola yang berulang setiap kali umat Israel, melalui Musa dan Harun, memohon kebebasan dan kemudian Allah menunjukkan tanda kekuasaan-Nya. Pertolongan yang datang seringkali bersifat sementara atau dalam bentuk peringatan, yang sayangnya tidak cukup untuk meluluhkan hati penguasa Mesir yang sombong dan keras kepala.
Setiap kali kutuk atau bencana melanda Mesir, dan Firaun merasa sedikit lega dari penderitaan, ia akan menarik kembali janjinya untuk membiarkan bangsa Israel pergi. Tindakan ini bukan hanya tentang keengganan Firaun untuk melepaskan tenaga kerja budak beliannya, tetapi juga merupakan bagian dari rencana ilahi yang lebih besar. Allah membiarkan proses ini terjadi untuk menunjukkan kekuasaan-Nya yang luar biasa, untuk menguji iman umat-Nya, dan untuk membuat nama-Nya dikenal di seluruh penjuru bumi melalui tindakan penyelamatan-Nya.
Musa dan Harun, sebagai utusan Allah, memainkan peran sentral dalam interaksi ini. Mereka berulang kali menghadapi Firaun, menyampaikan firman Tuhan, dan menyaksikan bagaimana setiap tanda keajaiban dibalas dengan penolakan. Ketabahan mereka dalam menjalankan tugas, meskipun seringkali berhadapan dengan kekecewaan dan ancaman, adalah teladan bagi kita tentang pentingnya ketaatan tanpa syarat kepada Tuhan. Mereka tidak berputus asa, meskipun Firaun terus-menerus mengkhianati janjinya.
Setiap kali Firaun mengeraskan hatinya, itu berarti satu langkah lebih dekat menuju kesepuluh tulah yang akhirnya akan mematahkan perlawanan Mesir dan membebaskan bangsa Israel secara permanen. Keluaran 8:14 secara implisit menunjukkan bahwa bukan hanya hati Firaun yang dikeraskan, tetapi juga bahwa Tuhan mengizinkan atau bahkan menghendaki kerasnya hati Firaun sebagai bagian dari penggenapan tujuan-Nya. Ini mengajarkan kita bahwa bahkan dalam penolakan dan kesulitan, ada rencana ilahi yang sedang berjalan.
Kisah ini memiliki relevansi yang mendalam bagi kehidupan rohani kita saat ini. Kita semua pernah mengalami momen ketika permohonan kita kepada Tuhan seolah tidak segera dijawab, atau ketika kita merasa "lega" dari kesulitan, lalu kembali tergoda untuk mengulangi kesalahan yang sama. Keluaran 8:14 mengingatkan kita bahwa proses pertumbuhan rohani seringkali melibatkan perjuangan melawan hati kita sendiri yang cenderung keras dan mudah lupa akan pertolongan Tuhan.
Penolakan Firaun terhadap kehendak Tuhan bukanlah sekadar catatan sejarah kuno, tetapi cerminan perjuangan abadi antara kehendak manusia yang egois dan kedaulatan ilahi. Pengalaman Musa dan Harun mengajarkan pentingnya kesabaran, ketekunan, dan kepercayaan penuh kepada Tuhan, bahkan ketika jalan di depan tampak penuh rintangan dan kekecewaan. Kebaikan Tuhan tidak pernah berhenti, meskipun hati manusia seringkali menolaknya. Ayat ini mendorong kita untuk tidak mengeras hati kita, tetapi sebaliknya, membuka diri terhadap bimbingan dan anugerah-Nya, agar kita dapat mengalami kelegaan dan kebebasan sejati yang hanya Dia berikan.
Konten ini diinspirasi dari Firman Tuhan.