Keluaran 8:23

"Tetapi Aku akan memisahkan pada waktu itu tanah Gosyen, tempat umat-Ku tinggal, supaya jangan ada lalat pendengu di sana, agar engkau mengetahui, bahwa Akulah TUHAN yang ada di tengah-tengah negeri itu."

Firman Tuhan dalam Kitab Keluaran pasal 8, ayat 23, menghadirkan sebuah janji ilahi yang penuh makna. Ayat ini bukan sekadar catatan sejarah tentang tulah yang menimpa Mesir, melainkan sebuah deklarasi kuasa dan kasih sayang Tuhan terhadap umat-Nya. Di tengah kekacauan dan kehancuran yang melanda seluruh negeri Mesir akibat berbagai tulah yang ditimpakan, Tuhan secara spesifik berjanji untuk melindungi umat pilihan-Nya, bangsa Israel, yang tinggal di tanah Gosyen.

Peristiwa ini terjadi pada masa ketika Musa, atas perintah Tuhan, berulang kali meminta Firaun untuk mengizinkan bangsa Israel pergi dari Mesir agar mereka dapat beribadah kepada Tuhan. Namun, hati Firaun terus dikeraskan, menolak setiap permohonan tersebut. Akibatnya, serangkaian tulah mengerikan ditimpakan kepada bangsa Mesir, mulai dari air menjadi darah, katak, nyamuk, hingga lalat pendengu. Tulah lalat pendengu ini digambarkan sebagai sesuatu yang sangat mengganggu dan meluas.

Namun, dalam tengah ancaman dan penderitaan itu, Tuhan menunjukkan pemeliharaan-Nya yang luar biasa. Perjanjian dalam Keluaran 8:23 menegaskan bahwa tanah Gosyen, tempat tinggal bangsa Israel, akan terkecuali dari tulah lalat pendengu. Ini adalah bukti nyata dari segregasi ilahi – pemisahan yang dilakukan Tuhan secara aktif untuk melindungi umat-Nya. Tuhan tidak membiarkan umat-Nya terimbas dalam kehancuran yang menimpa bangsa lain yang menindas mereka.

Lebih dari sekadar perlindungan fisik, pemisahan ini memiliki tujuan teologis yang mendalam. Tuhan menyatakan, "agar engkau mengetahui, bahwa Akulah TUHAN yang ada di tengah-tengah negeri itu." Ini menunjukkan bahwa mukjizat dan pemeliharaan Tuhan di tanah Gosyen adalah tanda yang jelas bagi bangsa Mesir, dan bahkan bagi bangsa Israel sendiri, mengenai kebesaran dan kedaulatan Tuhan. Tuhan ingin mereka mengenal-Nya bukan hanya sebagai Tuhan yang jauh, tetapi sebagai Tuhan yang hadir dan berkuasa di tengah-tengah umat-Nya, bahkan di negeri asing yang penuh penyembahan berhala.

Kisah Keluaran 8:23 mengajarkan kita tentang kesetiaan Tuhan. Meskipun manusia seringkali lalai dan tidak taat, Tuhan tetap setia pada perjanjian-Nya. Dia memisahkan umat-Nya dari malapetaka, bukan karena kebaikan mereka semata, tetapi karena kasih karunia dan janji-Nya. Ini juga menjadi pengingat bahwa di tengah segala kesulitan dunia ini, orang percaya memiliki tempat perlindungan dalam Tuhan.

Dalam konteks spiritual kontemporer, ayat ini dapat dimaknai sebagai janji perlindungan ilahi bagi mereka yang mengikut Tuhan. Ketika dunia di sekitar kita dilanda berbagai persoalan dan godaan, Tuhan berjanji untuk menjaga hati dan pikiran umat-Nya yang taat. Keberadaan Tuhan di tengah kita memungkinkan kita untuk melewati badai kehidupan dengan iman yang teguh, mengetahui bahwa Dia hadir dan memimpin kita menuju kebenaran. Kisah ini adalah bukti bahwa ketaatan kepada Tuhan, sekecil apapun, akan selalu disertai dengan pemeliharaan-Nya yang ajaib.