Kidung Agung, kitab yang mempesona dalam Perjanjian Lama, seringkali diinterpretasikan sebagai gambaran hubungan antara Kristus dan Gereja-Nya, atau hubungan mesra antara jiwa yang beriman dengan Yang Ilahi. Ayat ketiga dari pasal ketiga ini menyajikan sebuah momen yang penuh kerinduan dan pencarian, sebuah dialog yang menggugah hati tentang hasrat mendalam untuk bersama orang terkasih. Sosok yang berbicara dalam ayat ini tengah dalam pencarian, sebuah pencarian yang begitu kuat hingga ia tak ragu untuk bertanya kepada setiap orang yang ditemuinya.
Pertanyaan "Sudahkah kamu melihat kekasihku?" bukanlah sekadar pertanyaan basa-basi. Ini adalah seruan dari lubuk hati yang paling dalam, sebuah ekspresi kerinduan yang membuncah. Dalam konteks spiritual, kekasih yang dicari melambangkan kehadiran Kristus. Jiwa yang beriman, setelah mengalami kasih-Nya, merasa rindu untuk terus-menerus merasakan persekutuan yang intim. Saat kita merasa jauh atau kehilangan jejak-Nya dalam hiruk pikuk kehidupan sehari-hari, pertanyaan ini menjadi doa kita: "Tuhan, di manakah Engkau? Kapan aku bisa merasakan kehadiran-Mu lagi?"
Penjaga-penjaga kota yang ditemui melambangkan berbagai kekuatan, situasi, atau bahkan orang-orang yang kita jumpai dalam perjalanan hidup. Mereka bisa jadi adalah tantangan, kesulitan, atau bahkan nasihat dari sesama. Dalam pencarian kita akan Sang Ilahi, kita mungkin berinteraksi dengan banyak elemen dalam kehidupan. Apakah kita menanyakannya kepada mereka? Apakah kita mencari petunjuk tentang keberadaan Kristus dalam setiap pertemuan dan pengalaman kita? Terkadang, jawaban tidak datang secara langsung, namun pertanyaan itu sendiri adalah langkah awal yang penting.
Ada kalanya kita perlu mengesampingkan kesibukan duniawi dan benar-benar memfokuskan diri pada pencarian spiritual. Penjaga kota, dalam interpretasi lain, bisa juga mewakili "suara-suara" yang mencoba mengalihkan perhatian kita dari tujuan utama. Namun, ketika hati kita dipenuhi kerinduan akan hadirat Tuhan, kita akan terus bertanya, mencari, dan berharap untuk menemukan-Nya.
Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya kerinduan yang tulus. Kerinduan yang mendorong kita untuk bertanya, untuk mencari, dan untuk tidak menyerah. Dalam Kidung Agung 3:3, kita melihat sebuah gambaran yang indah tentang bagaimana kasih sejati itu aktif, penuh hasrat, dan selalu mencari untuk menemukan kembali apa yang paling berharga. Inilah inti dari hubungan yang hidup dengan Tuhan: sebuah perjalanan pencarian yang tiada henti, dipandu oleh kerinduan yang mendalam untuk terus bersatu dalam kasih. Dengan keyakinan, kita akan terus bertanya, dan pada akhirnya, kita akan menemukan "kekasih" kita yang setia menanti.