Siapakah dia, yang naik dari padang gurun, bagaikan tiang asap, berhablur-hablur mur dan kemenyan dari segala macam dagang-dagangan saudagar?
Ayat ini, yang berbunyi "Siapakah dia, yang naik dari padang gurun, bagaikan tiang asap, berhablur-hablur mur dan kemenyan dari segala macam dagang-dagangan saudagar?", seringkali diinterpretasikan dalam konteks cinta. Gambaran ini melukiskan sebuah adegan yang kaya akan simbolisme, membangkitkan rasa penasaran dan kekaguman. Padang gurun yang terbentang luas, biasanya diasosiasikan dengan kesepian dan kesulitan, namun di sini ia menjadi latar belakang bagi sesuatu yang luar biasa.
Munculnya "tiang asap" dari padang gurun adalah visual yang kuat. Asap yang naik melambangkan kehadiran yang tak terlihat namun terasa. Ini bisa diartikan sebagai bukti sesuatu yang sedang dipersembahkan atau hadir, sebuah persembahan yang naik ke atas. Kehadiran ini bukanlah sesuatu yang biasa; ia "berhablur-hablur mur dan kemenyan". Mur dan kemenyan adalah rempah-rempah berharga yang digunakan dalam upacara keagamaan, parfum, dan pengobatan. Aroma harum yang mereka hasilkan menandakan sesuatu yang murni, sakral, dan bernilai tinggi.
Lebih lanjut, ayat ini menyebutkan "segala macam dagang-dagangan saudagar". Frasa ini menambah dimensi kekayaan dan kemewahan pada gambaran tersebut. Seolah-olah, apa yang naik ini adalah perpaduan aromatik dari barang-barang termahal yang bisa ditawarkan oleh para pedagang. Ini bukan hanya tentang aroma, tetapi juga tentang kelimpahan dan keberlimpahan yang datang bersama keharuman tersebut.
Dalam penafsiran spiritual, terutama dalam tradisi Kristen, gambaran ini sering dikaitkan dengan Kristus. Kehadiran-Nya digambarkan naik dari tempat yang mungkin dianggap "padang gurun" dunia, membawa keharuman penebusan dan pengorbanan yang berharga. Aroma mur dan kemenyan menjadi metafora bagi karya penebusan-Nya yang mengikat, mengharumkan, dan menyucikan. Persembahan yang naik ini adalah tanda kehadiran ilahi yang membawa berkat dan kesucian bagi umat manusia.
Bagi pasangan yang sedang jatuh cinta, ayat ini dapat menjadi pengingat akan keunikan dan keharuman hubungan mereka. Seperti asap yang naik, cinta dapat menjadi sesuatu yang membubung tinggi, membawa keharuman yang tak terlupakan. Kehadiran kekasih dapat mengubah tempat yang biasa menjadi luar biasa, di mana aroma cinta yang murni dan berharga memenuhi udara. Ini adalah gambaran tentang cinta yang murni, berharga, dan naik ke hadapan yang Maha Tinggi, mengharumkan segalanya. Dengan demikian, Kidung Agung 3:6 terus menginspirasi dan mengingatkan kita akan keindahan dan kedalaman cinta, baik yang ilahi maupun yang manusiawi.