Kitab Kidung Agung, seringkali diinterpretasikan sebagai perumpamaan cinta antara Kristus dan gereja-Nya, atau sebagai gambaran cinta yang murni dan mendalam antara seorang pria dan wanita, menyajikan keindahan relasi yang saling memiliki. Ayat 7:10 berbunyi, "Akulah kepunyaan kekasihku, dan kepunyaanku ialah kekasihku." Pernyataan sederhana ini memancarkan kedalaman makna tentang keintiman, kepemilikan timbal balik, dan kesatuan yang tak terpisahkan.
Ungkapan "Akulah kepunyaan kekasihku" menunjukkan sebuah penyerahan diri yang total. Ini bukan tentang kehilangan identitas, melainkan sebuah kesediaan untuk menempatkan diri di bawah naungan dan kepemilikan orang yang dicintai. Dalam konteks romantis, hal ini menggambarkan kepercayaan penuh, di mana seseorang merasa aman dan nyaman untuk dipercayakan sepenuhnya kepada pasangannya. Segala keraguan dan ketakutan tersingkir oleh keyakinan akan cinta yang menerima.
Selanjutnya, ungkapan ini berbicara tentang penegasan cinta yang kuat. Ini adalah pengakuan bahwa keberadaan diri terjalin erat dengan keberadaan kekasih. Ada rasa bangga dan sukacita mengetahui bahwa diri kita sangat berharga bagi seseorang, hingga kita menjadi 'milik' mereka. Keinginan untuk bersama, untuk membina kehidupan yang satu, menjadi dorongan yang tak terhindarkan. Ini adalah ekspresi hasrat yang sehat, di mana keinginan untuk dekat dan bersatu menjadi inti dari relasi.
Di sisi lain, frasa "dan kepunyaanku ialah kekasihku" menegaskan kepemilikan yang serupa, namun dari sudut pandang yang berlawanan. Ini menunjukkan sebuah rasa tanggung jawab, pengabdian, dan penghargaan yang mendalam terhadap orang yang dicintai. Kekasih bukanlah objek pasif, melainkan pribadi yang dihargai, dirawat, dan dijaga. Ada kebanggaan dalam mengakui bahwa kekasih adalah 'milik' kita, bukan dalam arti posesif yang menindas, tetapi dalam arti komitmen yang tulus untuk mencintai, melindungi, dan menghormati.
Dalam relasi yang sehat, kepemilikan ini bersifat timbal balik. Keduanya merasa 'dimiliki' dan 'memiliki' dalam arti yang paling murni dan mulia. Ini menciptakan fondasi yang kuat untuk hubungan yang langgeng, di mana kedua belah pihak merasa aman, dihargai, dan dicintai tanpa syarat. Pengakuan ini membebaskan dari rasa kesepian dan memberikan tujuan bersama. Ini adalah deklarasi cinta yang menyatakan, "Kita adalah satu." Kidung Agung 7:10 mengajarkan kita tentang esensi cinta yang saling memberi, saling menerima, dan saling menjaga, sebuah cinta yang sejati dan mengakar kuat dalam kesatuan hati.