"tetapi orang-orang yang melarikan diri dari tepi jurang maut, lalu turun ke Mesir, akan mati oleh pedang, kelaparan dan penyakit sampar."
Yeremia 42:17 adalah sebuah ayat yang tegas dan membawa peringatan keras dari Allah melalui nabi-Nya, Yeremia. Ayat ini merupakan bagian dari narasi yang lebih luas mengenai bangsa Yehuda setelah jatuhnya Yerusalem ke tangan Babilonia. Dalam situasi kehancuran, keputusasaan, dan kehilangan, sisa-sisa bangsa tersebut mencari bimbingan dari Tuhan. Mereka bersumpah untuk menaati segala perintah yang diberikan Allah, tetapi keraguan dan keinginan pribadi mereka kemudian membayangi ketulusan janji tersebut.
Menariknya, setelah menerima pesan yang tampaknya menjanjikan keamanan jika mereka tinggal di tanah Yehuda, kelompok ini justru memilih untuk tidak mematuhinya. Sebaliknya, mereka memutuskan untuk pergi ke Mesir, sebuah tindakan yang dianggap oleh Allah sebagai penolakan terhadap firman-Nya dan pelarian ke dalam bahaya yang lebih besar. Ayat 17 ini secara gamblang menyatakan konsekuensi dari pilihan yang keliru tersebut.
Pesan inti dari Yeremia 42:17 sangat relevan hingga kini. Ia mengajarkan tentang bahaya dari ketidaktaatan yang disengaja, bahkan ketika dihadapkan pada pilihan yang tampaknya lebih mudah atau lebih aman menurut akal manusia. Ayat ini menekankan bahwa keputusan yang didasarkan pada ketakutan, keinginan duniawi, atau saran yang bertentangan dengan kehendak ilahi, seringkali membawa malapetaka yang lebih besar. Peringatan tentang kematian oleh pedang, kelaparan, dan penyakit sampar bukanlah sekadar ancaman hukuman fisik, tetapi juga melambangkan kehancuran spiritual dan kebinasaan yang total.
Bangsa Yehuda berpikir bahwa Mesir akan menjadi tempat perlindungan. Namun, Tuhan melalui Yeremia mengungkapkan bahwa Mesir justru akan menjadi tempat kematian mereka. Ini adalah pengingat bahwa pelarian dari kesulitan yang dibarengi dengan penolakan terhadap kebenaran ilahi tidak akan pernah menghasilkan kedamaian sejati. Sebaliknya, ketaatan kepada firman Tuhan, meskipun terkadang sulit dan menuntut pengorbanan, adalah jalan menuju keselamatan dan kehidupan yang sejati.
Dalam kehidupan modern, kita sering dihadapkan pada pilihan-pilihan yang serupa. Godaan untuk mengambil jalan pintas, mengabaikan prinsip-prinsip moral atau rohani demi kenyamanan sesaat, atau mengikuti arus dunia yang menyesatkan, sangatlah besar. Yeremia 42:17 menjadi mercusuar yang mengingatkan kita untuk selalu menguji setiap keputusan dengan firman Tuhan. Apakah pilihan kita selaras dengan kehendak-Nya? Apakah kita mencari perlindungan pada sumber yang tepat, atau justru berlari ke dalam jebakan yang lebih mengerikan? Ketaatan yang tulus kepada Allah, sekalipun dihadapkan pada tantangan, adalah satu-satunya jaminan keamanan dan berkat yang kekal. Mari kita belajar dari sejarah bangsa Yehuda dan memilih untuk hidup dalam ketaatan, bukan dalam pelarian yang membawa kehancuran.