Ayat yang terukir dalam Kisah Para Rasul 11:18 ini merupakan momen krusial dalam sejarah awal Kekristenan. Ia menandai sebuah titik balik fundamental, di mana kabar baik tentang Yesus Kristus tidak lagi terbatas pada kalangan Yahudi, melainkan terbuka lebar bagi seluruh umat manusia, tanpa memandang latar belakang etnis atau kebangsaan mereka. Peristiwa ini dipicu oleh pengalaman Rasul Petrus di rumah Kornelius, seorang perwira Romawi yang saleh.
Ilustrasi Damai dan Keterbukaan
Sebelumnya, para pengikut Yesus, terutama mereka yang berasal dari latar belakang Yahudi, memiliki pemahaman bahwa keselamatan hanya diperuntukkan bagi bangsa Israel. Ajaran-ajaran Taurat dan tradisi mereka telah membentuk sebuah identitas yang kuat, yang membedakan mereka dari bangsa-bangsa lain yang dianggap "kafir". Namun, Allah memiliki rencana yang jauh lebih luas dan universal. Melalui penglihatan yang diberikan kepada Petrus dan kemudian kunjungan ke rumah Kornelius, Allah secara dramatis mendobrak batasan-batasan tersebut.
Kisah para rasul 11 ayat 18 mencatat reaksi para pemimpin gereja di Yerusalem ketika mendengar kabar tentang Kornelius dan bangsanya yang menerima Kristus. Awalnya, mereka mungkin merasa terkejut, bahkan mungkin sedikit keberatan, karena bertentangan dengan pandangan tradisional mereka. Namun, ketika Petrus menceritakan seluruh kejadiannya, mulai dari penglihatannya hingga pengalaman Roh Kudus yang turun atas Kornelius dan keluarganya, keraguan mereka lenyap.
Reaksi "mereka menjadi tenang, lalu memuliakan Allah" menunjukkan sebuah pemahaman baru yang mendalam. Mereka menyadari bahwa Roh Kudus, yang merupakan tanda kehadiran dan kuasa Allah, tidak hanya bekerja pada orang Yahudi, tetapi juga pada bangsa lain. Hal ini adalah bukti nyata bahwa rencana keselamatan Allah tidak mengenal diskriminasi. Kata-kata mereka, "Jadi, kepada bangsa-bangsa lain pun Allah telah menganugerahkan pertobatan untuk hidup," menjadi pengakuan iman yang revolusioner. Ini adalah penerimaan bahwa Injil Yesus Kristus adalah untuk semua orang, sebuah pesan universal yang membawa harapan dan kehidupan abadi.
Peristiwa ini memiliki implikasi yang sangat besar. Ia membuka jalan bagi perluasan Injil ke seluruh penjuru dunia yang dikenal pada masa itu. Misi Paulus dan rasul-rasul lainnya kepada bangsa-bangsa non-Yahudi (Gentiles) menjadi mungkin dan diberkati. Tanpa pemahaman baru yang lahir dari pengalaman Petrus dan pengakuan di Yerusalem ini, Kekristenan mungkin akan tetap menjadi sekte kecil dalam Yudaisme. Kisah Para Rasul 11:18 adalah pengingat abadi akan kasih Allah yang tak terbatas dan inklusif, yang merangkul setiap orang yang mau beriman kepada-Nya. Pesan ini tetap relevan hingga kini, mengingatkan kita untuk terus membuka hati dan tangan kepada semua orang, menyebarkan kasih dan kebenaran tanpa memandang perbedaan.