"Ketika melihat bahwa hal itu menyenangkan orang Yahudi, ia melanjutkan dengan menahan juga Petrus. Hal itu terjadi pada hari-hari hari raya Roti Tidak Beragi."
Kitab Kisah Para Rasul pasal 12 membawa kita pada sebuah periode penuh gejolak bagi gereja mula-mula. Pasal ini menggambarkan bagaimana iman para pengikut Kristus diuji melalui penganiayaan yang datang dari pihak yang berkuasa. Raja Herodes Agripa I, yang berusaha untuk memenangkan hati orang-orang Yahudi, menjadi aktor utama dalam episode penindasan ini.
Ayat 3 dari pasal 12 mencatat tindakan spesifik Herodes: "Ketika melihat bahwa hal itu menyenangkan orang Yahudi, ia melanjutkan dengan menahan juga Petrus. Hal itu terjadi pada hari-hari hari raya Roti Tidak Beragi." Pernyataan ini memberikan gambaran yang jelas tentang motif di balik tindakan Herodes. Ia melihat bahwa menindaklanjuti para rasul adalah cara yang efektif untuk mendapatkan popularitas di kalangan kaum Yahudi yang masih terpengaruh oleh tradisi lama dan mungkin menyimpan ketidakpuasan terhadap pertumbuhan pesat Kekristenan. Menangkap Yakobus (yang disebutkan dalam ayat sebelumnya sebagai korban pertama) sudah memberinya keuntungan politik, dan ia memutuskan untuk melanjutkannya dengan Petrus, salah satu pilar gereja.
Penangkapan Petrus terjadi pada momen yang sangat simbolis: hari-hari perayaan Roti Tidak Beragi. Periode ini adalah waktu peringatan pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir, sebuah tema kebebasan yang sangat relevan. Ironisnya, di tengah perayaan kebebasan ini, salah satu pemimpin gereja justru dijebloskan ke dalam penjara, menunjukkan betapa kuatnya cengkeraman kekuasaan dan ketidakadilan saat itu.
Namun, pasal ini bukan hanya tentang penindasan. Kisah rasul ini menunjukkan kekuatan iman dan doa yang tak terhingga. Meskipun Petrus berada di penjara, terikat rantai besi dan dijaga ketat oleh tentara, jemaat tidak tinggal diam. Mereka berseru kepada Tuhan dengan tekun. Doa mereka bukan doa kepasrahan, melainkan doa permohonan yang disertai keyakinan akan campur tangan ilahi.
Kisah pembebasan Petrus yang ajaib dari penjara melalui campur tangan malaikat Tuhan menjadi bukti nyata bahwa Tuhan mendengar doa umat-Nya. Penjara yang dianggap tidak bisa ditembus, pengawal yang berjaga, dan situasi politik yang menekan, semuanya tak berdaya menghadapi kuasa Tuhan. Peristiwa ini tidak hanya membebaskan Petrus secara fisik, tetapi juga memberikan dorongan semangat yang luar biasa bagi seluruh jemaat.
Kisah rasul 12:3 mengingatkan kita bahwa dalam situasi yang paling sulit sekalipun, ketika penindasan tampak menguasai, iman dan doa yang tulus dapat menjadi sumber kekuatan yang tak tergoyahkan. Tindakan Herodes, yang didasari oleh ambisi politik, akhirnya berbalik menjadi kesaksian bagi kuasa Tuhan. Kisah ini terus menginspirasi generasi hingga kini, menegaskan bahwa kebenaran dan iman pada akhirnya akan menemukan jalannya menuju kemenangan, meski harus melalui badai kesulitan.
Pelajari lebih lanjut tentang Kisah Para Rasul 12:3 di Sabda.org.