"Simeon [Petrus] telah menceritakan, bagaimana pada mulanya Allah berkenan mengunjungi bangsa-bangsa lain untuk mengambil dari mereka suatu umat bagi nama-Nya."
Ayat ini dari Kisah Para Rasul pasal 15 ayat 14, membawa kita pada sebuah momen krusial dalam sejarah gereja mula-mula. Dalam konteks pertemuan agung di Yerusalem, para rasul dan penatua berkumpul untuk membahas isu penting: apakah bangsa-bangsa non-Yahudi yang percaya kepada Yesus Kristus juga harus disunat dan mengikuti hukum Taurat Musa. Perselisihan ini menjadi ujian bagi pemahaman mereka tentang rencana keselamatan Allah dan jangkauan Injil Kristus.
Perkataan rasul Petrus di sini bukanlah sekadar pengamatan, melainkan sebuah kesaksian yang didasarkan pada pengalaman langsung dan campur tangan ilahi. Ia menceritakan bagaimana Allah, dalam anugerah-Nya yang melimpah, tidak membatasi kasih keselamatan-Nya hanya kepada bangsa Israel, melainkan juga meluas kepada bangsa-bangsa lain di seluruh dunia. Ini adalah wahyu yang luar biasa bagi banyak orang Yahudi yang terbiasa berpikir bahwa mereka adalah umat pilihan tunggal Allah.
Petrus merujuk pada kunjungannya ke rumah Kornelius, seorang perwira Romawi yang bukan Yahudi. Di sana, ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana Roh Kudus turun atas Kornelius dan seluruh keluarganya, sama seperti yang terjadi atas orang-orang Yahudi pada hari Pentakosta. Tindakan Roh Kudus ini adalah tanda yang jelas dari Allah sendiri bahwa Ia menerima bangsa-bangsa bukan Yahudi ke dalam keluarga-Nya, tanpa syarat sunat atau ketaatan pada hukum Taurat. Mereka percaya kepada Yesus dan menerima Roh Kudus, dan itu sudah cukup.
Kesaksian Petrus menegaskan bahwa Allah memiliki tujuan universal dalam rencana penebusan-Nya. Ia "berkenan mengunjungi bangsa-bangsa lain untuk mengambil dari mereka suatu umat bagi nama-Nya." Ini berarti bahwa keselamatan yang ditawarkan melalui Yesus Kristus adalah untuk semua orang, tanpa memandang latar belakang suku, bangsa, atau budaya. Gereja tidak lagi eksklusif hanya untuk orang Yahudi, tetapi menjadi rumah bagi segala bangsa yang percaya.
Peristiwa ini menjadi fondasi teologis yang sangat penting bagi perkembangan misi Kristen ke seluruh dunia. Jika Allah sendiri yang membuka pintu bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka para pengikut Kristus memiliki mandat untuk menjangkau setiap penjuru bumi dengan kabar baik. Kesaksian Petrus, didukung oleh Barnabas yang juga berbagi pengalamannya, berhasil meyakinkan sidang di Yerusalem bahwa Allah telah memberikan pertobatan ke arah hidup, bahkan kepada bangsa-bangsa lain.
Kisah Rasul 15:14 mengingatkan kita bahwa Allah adalah Allah bagi semua orang. Ia tidak membeda-bedakan. Anugerah-Nya begitu besar sehingga melampaui segala batasan yang manusia ciptakan. Tugas kita sebagai pengikut Kristus adalah untuk terus melanjutkan misi ini, menjangkau setiap suku bangsa, setiap budaya, setiap komunitas, dengan pesan kasih dan keselamatan yang sama, yang telah dianugerahkan Allah kepada kita melalui Yesus Kristus. Ini adalah panggilan untuk kesatuan dalam Kristus, di mana latar belakang tidak lagi memecah belah, melainkan memperkaya keragaman umat pilihan-Nya.