"Menanggapi pertanyaan tentang apakah orang bukan Yahudi harus disunat dan mematuhi hukum Taurat, para rasul dan penatua di Yerusalem mengadakan pertemuan."
Kisah Para Rasul pasal 15 mencatat sebuah momen krusial dalam sejarah gereja mula-mula: Pertemuan Besar di Yerusalem. Peristiwa ini timbul dari perselisihan mengenai apakah orang-orang bukan Yahudi yang percaya kepada Kristus harus disunat dan mematuhi hukum Taurat Musa. Ajaran dari beberapa orang Yahudi percaya yang datang dari Yudea menimbulkan kekacauan di Antiokhia, mengklaim bahwa keselamatan hanya dapat diperoleh melalui sunat dan ketaatan pada hukum Taurat.
Paulus dan Barnabas, yang telah melihat buah dari pekerjaan mereka di antara bangsa-bangsa lain, sangat tidak setuju dengan pandangan ini. Mereka kemudian diutus ke Yerusalem bersama beberapa orang lain untuk berdiskusi dengan para rasul dan penatua tentang masalah ini. Pertemuan tersebut dipimpin oleh Yakobus, saudara Tuhan Yesus, dan menjadi momen penentuan. Petrus memberikan kesaksian tentang bagaimana Roh Kudus turun kepada orang bukan Yahudi sama seperti kepada orang Yahudi, tanpa mereka harus mematuhi hukum Taurat. Yakobus kemudian merangkum, menekankan bahwa orang bukan Yahudi hanya perlu menjauhi hal-hal yang dicemari berhala, percabulan, dan hasil jerat serta darah. Keputusan ini memberikan kelegaan dan kepastian bagi gereja-gereja non-Yahudi, menegaskan bahwa keselamatan adalah oleh anugerah melalui iman, bukan oleh perbuatan hukum Taurat.
Pasal 16 melanjutkan narasi dengan mulainya perjalanan misioner kedua Paulus. Setelah berpisah dengan Barnabas karena perbedaan pendapat tentang Yohanes Markus, Paulus ditemani oleh Silas. Perjalanan ini membawa mereka melalui berbagai kota, termasuk Listra, Derbe, dan Galatia. Di Listra, mereka bertemu dengan Timotius, seorang pemuda Yahudi-Yunani yang dikenal baik karena imannya. Paulus mengkhitankan Timotius agar dia dapat diterima lebih baik oleh orang Yahudi dalam pelayanan.
Perjalanan mereka membawa mereka ke utara, menuju Asia Kecil, namun Roh Kudus mencegah mereka memberitakan firman di Asia. Sebaliknya, mereka diarahkan melalui penglihatan Paulus, yaitu ajakan seorang Makedonia yang memohon agar mereka datang ke Makedonia dan menolong mereka. Ini adalah titik balik penting, menandai ekspansi Injil ke benua Eropa untuk pertama kalinya.
Di Filipi, kota pertama di Makedonia, mereka bertemu dengan Lidia, seorang pedagang kain ungu yang saleh dan menjadi pendengar yang baik. Melalui kesaksian mereka, Lidia dan seluruh rumah tangganya menerima iman dan dibaptis. Ini adalah awal dari gereja di Filipi. Namun, perjalanan mereka tidak lepas dari tantangan. Paulus dan Silas kemudian ditangkap, dicambuk, dan dilemparkan ke dalam penjara karena mengusir roh tenung dari seorang perempuan.
Meskipun dalam kondisi yang mengerikan, di tengah malam, Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan pujian kepada Allah, dan tiba-tiba terjadi gempa bumi yang hebat, membuka semua pintu penjara. Penjaga penjara, yang mengira semua tahanan telah melarikan diri, hendak membunuh diri, namun Paulus menghentikannya dan memberitakan Injil kepadanya. Sebagai hasilnya, seluruh keluarga penjaga penjara diselamatkan dan dibaptis. Kisah ini menunjukkan kekuatan iman yang teguh di tengah kesulitan dan bagaimana Allah dapat bekerja bahkan dalam keadaan yang paling gelap.
Kedua pasal ini memberikan gambaran yang kaya tentang bagaimana gereja mula-mula menghadapi tantangan doktrinal dan geografis. Mereka menunjukkan pentingnya kepemimpinan ilahi, diskusi yang bijaksana, dan keberanian para rasul dalam menyebarkan Kabar Baik ke seluruh dunia, melampaui batas-batas budaya dan etnis. Iman yang murni dan bergantung pada anugerah Allah terbukti menjadi fondasi yang kokoh bagi pertumbuhan gereja.