Kisah Rasul 16 & 17: Penginjilan yang Semangat

"Dan seluruh kota berkumpul untuk mendengar Firman Tuhan." (Kisah Para Rasul 17:34)
Penginjilan & Pertumbuhan Iman

Kisah Para Rasul pasal 16 dan 17 mencatat dua babak penting dalam perjalanan penginjilan Rasul Paulus dan rekan-rekannya. Perjalanan ini penuh dengan tantangan, keajaiban, dan pertumbuhan iman yang luar biasa, menunjukkan ketekunan para rasul dalam menyebarkan kabar baik ke berbagai penjuru dunia kuno.

Pasal 16 membawa kita ke kota Filipi, sebuah kota penting di Makedonia. Di sana, Paulus bertemu dengan Lidia, seorang penjual kain ungu yang saleh dan akhirnya menjadi orang pertama yang dibaptis di Eropa. Pertemuan ini menandai awal mula kekristenan di benua Eropa. Namun, tidak lama kemudian, Paulus dan Silas mengalami penganiayaan yang hebat. Mereka dicambuk, dipenjara, dan bahkan kaki mereka dibelenggu di dalam penjara. Di tengah penderitaan itu, mereka tidak patah semangat, melainkan berdoa dan memuji Tuhan. Keajaiban terjadi: gempa bumi dahsyat mengguncang penjara, membuka semua pintu dan melepaskan belenggu para tahanan. Penjaga penjara, melihat kejadian luar biasa ini, diselamatkan dan dibaptis bersama seluruh keluarganya. Kisah ini menunjukkan bahwa bahkan dalam kesulitan tergelap sekalipun, iman yang teguh dapat membawa perubahan yang dramatis dan menghasilkan kesaksian yang kuat.

Selanjutnya, di Tesalonika dan Berea, Paulus dan Silas terus memberitakan Injil. Di Tesalonika, mereka berhasil mengumpulkan banyak pengikut, termasuk orang Yahudi dan orang Yunani yang saleh. Namun, keberhasilan ini juga menarik perhatian mereka yang menentang Injil, yang menimbulkan kerusuhan. Paulus dan Silas terpaksa harus meninggalkan kota itu untuk menghindari bahaya lebih lanjut.

Pasal 17 melanjutkan perjalanan mereka ke Berea. Di kota ini, para pendengarnya digambarkan sebagai orang-orang yang lebih mulia daripada di Tesalonika. Mengapa? Karena mereka menerima Firman Tuhan dengan sangat bersedia hati dan setiap hari menyelidiki Kitab Suci untuk memeriksa apakah apa yang diajarkan Paulus dan Silas sesuai dengan kebenaran. Sikap inilah yang sangat dihargai oleh Paulus. Antusiasme mereka untuk memahami kebenaran firman Tuhan adalah teladan bagi setiap orang percaya hingga kini. Kemampuan untuk membedakan ajaran yang benar adalah aspek krusial dalam menjaga kemurnian iman.

Perjalanan membawa Paulus ke Athena, sebuah pusat intelektual dan filsafat dunia kuno. Di tengah berbagai patung dewa dan ajaran filosofis yang beragam, Paulus dengan berani berdiri di depan Areopagus dan menyampaikan khotbahnya yang terkenal. Ia berbicara tentang Tuhan yang menciptakan segala sesuatu, Tuhan yang tidak tinggal dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, dan Tuhan yang menghendaki agar manusia mencari-Nya. Ia bahkan mengutip penyair mereka sendiri untuk menghubungkan ajaran Injil dengan pemikiran mereka. Khotbah ini membuahkan hasil, dengan beberapa orang yang percaya, termasuk Dionisius orang Areopagus, seorang tokoh terkemuka di kota itu.

Kisah rasul pasal 16 dan 17 secara keseluruhan adalah gambaran yang hidup tentang misi penginjilan para rasul. Mereka menghadapi penolakan, penganiayaan, dan kesulitan, namun semangat mereka tidak pernah padam. Mereka terus menerus berjuang untuk menyebarkan pesan keselamatan, seringkali dengan hasil yang luar biasa. Ayat yang menutup pasal 17, "Dan seluruh kota berkumpul untuk mendengar Firman Tuhan," adalah janji yang menginspirasi bagi setiap penginjil dan gereja, menunjukkan bahwa ketika Firman Tuhan disampaikan dengan setia dan berani, Ia akan bekerja dalam hati manusia, membawa pemulihan dan pertumbuhan iman.