"Tetapi Paulus berkata kepada mereka: 'Kami orang Roma, dan kami tidak diperlakukan secara hukum, lalu kami dilemparkan ke dalam penjara? Sekarang keluarlah kami dari sini atas tanggunganmu sendiri!'"
Kisah Para Rasul pasal 16 mencatat perjalanan misi Paulus dan Silas ke Filipi, sebuah kota di Makedonia. Di sana, mereka mengalami serangkaian peristiwa yang menguji iman dan ketahanan mereka. Setelah mengalami penganiayaan yang tidak adil, termasuk dicambuk dan dipenjara tanpa diadili, Paulus dan Silas menunjukkan keberanian yang luar biasa. Mereka tidak hanya berdoa dan memuji Tuhan di tengah penderitaan, tetapi juga menjadi saksi kebenaran ilahi ketika gempa bumi dahsyat membebaskan mereka dan para tahanan lainnya.
Namun, babak dramatis belum berakhir. Ketika kepala penjara menyadari pintu-pintu penjara terbuka dan para tahanan melarikan diri, ia hampir bunuh diri karena takut akan hukuman dari atasan. Paulus menghentikannya, dan dalam momen yang luar biasa itu, seluruh keluarga kepala penjara diselamatkan dan dibaptis. Pagi harinya, para pejabat kota datang untuk membebaskan Paulus dan Silas, yang mereka kira masih terperangkap.
Di sinilah ayat 16:37 menjadi sangat penting. Paulus, yang sebelumnya diam saat dicambuk dan dipenjara, kini mengambil sikap tegas. Ia mengungkapkan bahwa mereka adalah warga negara Roma. Di bawah hukum Romawi, warga negara memiliki hak-hak istimewa yang tidak boleh dilanggar. Mereka tidak boleh dicambuk atau dipenjara tanpa diadili, apalagi tanpa proses hukum yang jelas.
Pernyataan Paulus ini bukan sekadar rengekan atau pembelaan diri biasa. Ini adalah klaim hukum yang serius. Pengakuan sebagai warga negara Roma pada masa itu memberikan status yang sangat dihormati dan perlindungan hukum yang kuat. Tanpa pengadilan yang layak, mencambuk dan memenjarakan seorang warga negara Roma adalah pelanggaran berat terhadap hukum kekaisaran. Para pejabat kota yang mendengar hal ini pasti merasa sangat terkejut dan gentar.
Reaksi para pejabat kota menunjukkan betapa seriusnya implikasi dari tindakan mereka. Ketakutan terlihat jelas ketika mereka datang untuk membebaskan Paulus dan Silas, dan lebih lagi ketika Paulus menyatakan hak-hak mereka. Mereka menyadari kesalahan besar yang telah mereka perbuat. Paulus tidak menuntut balas dendam, tetapi ia menekankan keadilan: mereka telah diperlakukan secara tidak benar, dan sekarang mereka akan dibebaskan, tetapi tanggung jawab atas pembebasan itu harus menjadi urusan para pejabat kota, bukan karena mereka melarikan diri, melainkan karena para pejabat itu sendiri yang harus mengatasi akibat dari pelanggaran hukum mereka.
Kisah ini mengajarkan banyak hal. Pertama, tentang keberanian para rasul dalam menghadapi ketidakadilan. Kedua, tentang pentingnya mengetahui dan menggunakan hak-hak kita, terutama ketika berhadapan dengan sistem yang berkuasa. Ketiga, dan yang terpenting, ini menunjukkan bagaimana keadilan ilahi bekerja. Meskipun Paulus dan Silas mengalami penderitaan, mereka tetap teguh pada kebenaran. Ketika saatnya tiba, kebenaran dan keadilan terungkap, dan para penindas mereka pun harus mengakui kesalahan mereka. Ayat ini menjadi penegasan bahwa tidak ada kejahatan yang akan tersembunyi selamanya di hadapan Tuhan.
Ilustrasi Keadilan Ilahi