"Banyak juga di antara mereka yang menjadi percaya, lalu mengaku dan memberitakan perbuatan mereka."
Kisah Para Rasul pasal 19 mencatat salah satu periode pelayanan Paulus yang paling dinamis dan transformatif di kota Efesus, sebuah pusat kebudayaan dan agama yang ramai di Asia Kecil. Di tengah-tengah berbagai praktik keagamaan, termasuk penyembahan dewi Artemis yang populer, Injil Kristus mulai menyebar dengan kekuatan yang luar biasa. Ayat 18 dari pasal ini menyoroti esensi dari respons orang-orang terhadap pemberitaan Injil: mereka tidak hanya mendengarkan, tetapi juga mengalami perubahan hati yang mendalam, yang kemudian diekspresikan melalui pengakuan iman dan pemberitaan tentang karya Kristus.
Sebelum ayat ini, kita melihat bagaimana Paulus, setelah bertemu dengan beberapa murid yang hanya mengenal baptisan Yohanes Pembaptis, memimpin mereka kepada pemahaman yang lebih dalam tentang Yesus Kristus dan membaptis mereka dalam nama-Nya. Roh Kudus turun atas mereka, memberikan karunia-karunia rohani yang menjadi tanda kehadiran ilahi. Hal ini menciptakan kegemparan, baik positif maupun negatif. Banyak orang menyaksikan dan merasakan kuasa Allah yang bekerja melalui Paulus dan para muridnya. Kekuatan ilahi ini terbukti nyata dalam penyembuhan orang sakit dan pengusiran roh-roh jahat.
Kemudian datanglah momen krusial yang digambarkan dalam ayat 18. "Banyak juga di antara mereka yang menjadi percaya..." Kata "percaya" di sini bukanlah sekadar penerimaan intelektual, melainkan sebuah keyakinan yang hidup dan mengakar di dalam hati, yang memimpin pada transformasi. Kepercayaan ini didasarkan pada kebenaran Injil yang telah Paulus sampaikan, yaitu tentang kematian dan kebangkitan Yesus Kristus sebagai Juruselamat umat manusia. Mereka percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah, Penebus dosa, dan Tuhan atas segala sesuatu.
Namun, ayat tersebut tidak berhenti pada "menjadi percaya". Frasa selanjutnya, "...lalu mengaku dan memberitakan perbuatan mereka," menunjukkan bahwa iman yang sejati bersifat ekspresif. Pengakuan iman mereka bukanlah sesuatu yang disimpan sendiri, melainkan sesuatu yang diungkapkan secara terbuka. Pengakuan ini bisa berarti berbagai hal: pengakuan dosa-dosa masa lalu, pengakuan akan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, atau bahkan pengakuan akan pengalaman pribadi mereka dengan kuasa Allah.
Selanjutnya, mereka "memberitakan perbuatan mereka." Ini merujuk pada perbuatan-perbuatan besar Allah yang telah mereka alami. Mereka tidak ragu untuk menceritakan bagaimana hidup mereka telah diubahkan, bagaimana mereka telah dibebaskan dari belenggu dosa dan kekuatan gelap, dan bagaimana mereka kini hidup dalam terang dan kuasa Kristus. Pemberitaan ini bersifat kesaksian, sebuah undangan bagi orang lain untuk mengalami kebenaran yang sama. Di tengah-tengah masyarakat Efesus yang dipenuhi dengan ilusi dan praktik sihir, kesaksian yang tulus tentang kuasa Allah yang menyelamatkan menjadi sangat kontras dan menarik perhatian.
Kisah Rasul 19:18 memberikan teladan yang luar biasa tentang bagaimana iman yang hidup tidak bisa dibendung. Ketika hati seseorang disentuh oleh kebenaran ilahi, ia akan secara alami terdorong untuk mengakui dan membagikan kabar baik tersebut. Ini adalah panggilan bagi setiap orang percaya di zaman modern: untuk tidak hanya menginternalisasi iman, tetapi juga untuk menjadikannya sebuah ekspresi hidup yang nyata, baik melalui perkataan maupun perbuatan, sehingga nama Kristus dimuliakan dan semakin banyak orang diselamatkan.