Kisah Para Rasul 2:42-47; 3:1-10
Babak awal dari gereja mula-mula digambarkan dengan begitu jelas dalam Kitab Kisah Para Rasul. Pasal kedua babak ini mencatat peristiwa pencurahan Roh Kudus yang dahsyat pada hari Pentakosta. Peristiwa ini bukan hanya menandai permulaan misi para rasul untuk menyebarkan Injil ke seluruh dunia, tetapi juga memperlihatkan kekuatan ilahi yang bekerja melalui mereka, mengubah orang-orang percaya dan membawa dampak besar bagi komunitas di sekitar mereka.
Para murid yang sebelumnya diliputi keraguan dan ketakutan, kini dipenuhi keberanian dan hikmat ilahi. Mereka berbicara dalam berbagai bahasa, memberitakan keselamatan melalui Yesus Kristus. Ajaran yang mereka sampaikan bukan sekadar kata-kata, melainkan disertai dengan bukti nyata dari kuasa Tuhan. Ayat 2:42-47 melukiskan gambaran komunitas Kristen yang hidup dalam persekutuan yang erat, tekun dalam pengajaran rasul-rasul, dalam perjamuan kasih, dalam doa, dan dalam memecahkan roti. Kasih persaudaraan yang tulus terjalin, dan Tuhan menambahkan setiap hari orang-orang yang diselamatkan kepada jemaat. Ini adalah bukti hidup bahwa Firman Tuhan yang diajarkan benar-benar berkuasa mengubah hati dan kehidupan.
Tidak lama setelah peristiwa Pentakosta, kuasa ilahi kembali dinyatakan secara luar biasa. Dalam Kisah Para Rasul pasal ketiga, kita menyaksikan bagaimana Petrus dan Yohanes, dua dari rasul utama, melakukan mukjizat pertama yang tercatat setelah pencurahan Roh Kudus. Mereka pergi ke Bait Allah pada jam doa yang kesembilan, dan di sana mereka bertemu dengan seorang laki-laki yang telah lumpuh sejak lahirnya. Laki-laki ini terbiasa duduk di dekat Gerbang Indah Bait Allah untuk meminta-minta belas kasihan dari orang-orang yang masuk ke Bait Suci.
Ketika Petrus dan Yohanes melihatnya, fokus mereka bukan hanya pada kebutuhan fisik laki-laki itu, tetapi pada kesempatan untuk memuliakan Tuhan. Petrus dengan tegas berkata, "Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!" (Kisah Para Rasul 3:6). Seketika itu juga, laki-laki itu disembuhkan. Kaki dan pergelangan kakinya menjadi kuat, lalu ia melompat berdiri, berjalan dan meloncat-loncat, memuji Allah. Peristiwa ini menjadi kesaksian yang kuat bagi semua orang yang menyaksikannya.
Mukjizat ini tidak hanya memulihkan kesehatan fisik seorang individu, tetapi juga membuka hati banyak orang untuk percaya kepada Yesus. Kerumunan orang berbondong-bondong datang ke serambi Salomo untuk melihat orang yang telah sembuh itu dan mendengarkan kesaksian para rasul. Kisah ini menunjukkan bahwa iman yang hidup bukan hanya tentang keyakinan pribadi, tetapi juga tentang perbuatan nyata yang memanifestasikan kasih dan kuasa Tuhan di tengah-tengah dunia. Pertumbuhan gereja yang terus berlanjut, baik secara kualitas maupun kuantitas, adalah buah dari pengajaran yang benar, persekutuan yang erat, doa yang tekun, dan manifestasi kuasa ilahi melalui hamba-hamba-Nya. Kisah para rasul 2 dan 3 memberikan gambaran inspiratif tentang bagaimana gereja mula-mula hidup dalam iman yang dinamis dan penuh kuasa.