Kisah Para Rasul pasal 2 mencatat peristiwa penting dalam sejarah kekristenan, yaitu turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta. Peristiwa ini tidak hanya ditandai dengan manifestasi ilahi yang luar biasa, tetapi juga dengan dampak spiritual yang mendalam bagi ribuan orang yang hadir di Yerusalem.
Setelah Petrus berkhotbah dengan kuasa Roh Kudus, menceritakan tentang kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus, respons hadirin terpecah. Sebagian menjadi gentar dan menyadari kesalahan mereka dalam menolak Sang Mesias. Sebagian lain mencibir, namun tidak dapat menyangkal kesaksian yang diberikan.
Ayat 37 menjadi titik balik yang krusial. Ketika hati mereka "sangat terenyuh" oleh kebenaran firman yang disampaikan Petrus, timbullah pertanyaan yang penuh kerinduan dan penyesalan: “Saudara-saudara, apakah yang harus kami perbuat?”. Pertanyaan ini bukan sekadar rasa ingin tahu, melainkan sebuah ungkapan kepedihan mendalam atas dosa-dosa mereka dan keinginan tulus untuk mencari jalan pemulihan.
Kenyataan bahwa mereka menyebut Petrus dan para rasul lainnya sebagai "Saudara-saudara" menunjukkan perubahan sikap yang signifikan. Dari sikap yang mungkin sebelumnya penuh keraguan atau penolakan, kini mereka melihat para pengikut Kristus sebagai saudara yang dapat memberikan petunjuk. Keterenyuhan hati ini adalah hasil karya Roh Kudus yang membuka mata hati dan jiwa mereka terhadap kebenaran ilahi.
Respons Petrus terhadap pertanyaan ini sungguh luar biasa dan menjadi fondasi Injil. Ia tidak memberikan jawaban yang rumit, melainkan sebuah panggilan yang jelas dan penuh anugerah. Petrus menjawab, "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus." (Kisah Para Rasul 2:38).
Ajakan untuk bertobat berarti sebuah perubahan pikiran dan hati yang total, berpaling dari dosa menuju kepada Tuhan. Baptisan dalam nama Yesus Kristus melambangkan penyatuan dengan kematian dan kebangkitan-Nya, serta tanda penerimaan pengampunan dosa yang Ia tawarkan. Dan yang terpenting, janji penerimaan karunia Roh Kudus menegaskan bahwa mereka tidak akan dibiarkan sendirian dalam perjalanan iman yang baru ini.
Kisah dalam Kisah Para Rasul 2:37-38 ini menunjukkan betapa kuatnya kuasa firman Tuhan dan Roh Kudus dalam menjamah hati manusia. Ia membangkitkan kesadaran akan dosa, menuntun pada penyesalan yang sejati, dan membuka jalan menuju pengampunan dan kehidupan baru dalam Kristus. Peristiwa ini menjadi tonggak awal pertumbuhan gereja mula-mula, di mana ribuan jiwa diselamatkan dan bergabung dalam persekutuan orang percaya.
Kisah ini memberikan teladan berharga bagi kita di masa kini. Ketika firman Tuhan menyentuh hati kita, respon yang paling tepat adalah seperti mereka: hati yang terenyuh, pengakuan dosa, dan pertanyaan tulus untuk mengetahui kehendak Tuhan. Mari kita terus membuka hati kita bagi firman-Nya, dan biarlah Roh Kudus menuntun kita pada pertobatan dan hidup yang berkenan kepada-Nya.
Untuk mendalami lebih lanjut, Anda bisa membaca kisah lengkapnya dalam kitab Kisah Para Rasul pasal 2.