Ayat dari Kisah Para Rasul 21:4 menawarkan sebuah momen yang sarat makna dalam perjalanan apostolik Rasul Paulus. Ayat ini menggambarkan sebuah pertemuan penting dengan para murid di Tirus, yang berakhir dengan peringatan rohani agar Paulus tidak melanjutkan perjalanannya ke Yerusalem. Kejadian ini bukan sekadar sebuah jeda dalam misi penginjilan Paulus, melainkan sebuah refleksi mendalam tentang panggilan ilahi, ketaatan, dan keberanian dalam menghadapi ketidakpastian.
Setelah menempuh perjalanan yang panjang dan penuh tantangan, Paulus beserta rombongannya tiba di Tirus. Di sana, mereka menemukan sekelompok orang percaya yang siap menerima mereka. Selama tujuh hari, Paulus dan rekan-rekannya tinggal bersama para murid. Periode ini kemungkinan besar diisi dengan pengajaran, persekutuan, dan penguatan iman bagi jemaat lokal. Keberadaan Paulus yang dikaruniai karunia kerasulan, tentu memberikan dampak spiritual yang signifikan bagi pertumbuhan rohani mereka.
Namun, momen persekutuan yang indah ini harus segera diakhiri oleh sebuah pesan kenabian yang datang melalui para murid di Tirus. Melalui bimbingan Roh Kudus, mereka memperingatkan Paulus: "Janganlah kamu singgah di Yerusalem." Peringatan ini tentu bukan tanpa alasan. Yerusalem pada masa itu adalah pusat dari banyak gejolak politik dan keagamaan. Terdapat potensi ancaman yang sangat besar bagi Paulus, seorang yang dianggap kontroversial oleh banyak tokoh Yahudi ortodoks.
Peringatan ini menunjukkan sebuah aspek penting dalam pelayanan para rasul. Mereka tidak hanya bergerak berdasarkan rencana manusia semata, tetapi juga sangat peka terhadap tuntunan Roh Kudus. Roh Kudus, yang telah dijanjikan oleh Yesus sebagai penolong dan pembimbing, secara aktif memimpin dan memperingatkan umat-Nya. Pengalaman ini menegaskan bahwa iman yang hidup selalu responsif terhadap suara Ilahi.
Bagi Paulus, pesan ini pasti menjadi sebuah ujian iman yang berat. Yerusalem memiliki makna religius yang sangat dalam bagi dirinya dan bagi seluruh umat Kristen awal. Ia memiliki tujuan penting di Yerusalem, kemungkinan besar untuk menyerahkan persembahan bagi orang miskin di Yerusalem, seperti yang telah ia usahakan di berbagai jemaat lainnya. Selain itu, Yerusalem juga merupakan kota tempat peristiwa penebusan terjadi. Menolak pergi ke sana berarti menentang apa yang tampaknya menjadi sebuah keharusan.
Namun, seperti yang kita ketahui dari kelanjutan Kisah Para Rasul, Paulus meskipun diperingatkan, akhirnya tetap melanjutkan perjalanannya ke Yerusalem. Hal ini tidak berarti ia mengabaikan Roh Kudus, melainkan ia memiliki pemahaman yang lebih luas tentang kehendak Tuhan. Mungkin ia melihat bahwa pesan tersebut adalah sebuah peringatan, bukan larangan mutlak. Keberaniannya untuk tetap maju, meskipun mengetahui potensi bahaya, mencerminkan kesiapannya untuk mengorbankan diri demi menggenapi panggilannya dan misi Injil.
Kisah Rasul 21:4 memberikan pelajaran berharga bagi kita. Pertama, pentingnya mendengarkan dan menaati tuntunan Roh Kudus dalam setiap aspek kehidupan kita, termasuk dalam pelayanan. Kedua, keberanian untuk menghadapi tantangan dan ketidakpastian demi menggenapi panggilan ilahi. Dan ketiga, iman bukanlah sekadar menuruti apa yang kita inginkan, melainkan kesediaan untuk menyerahkan rencana kita di tangan Tuhan, bahkan ketika ada peringatan atau kesulitan.
Perpisahan di Tirus ini menjadi sebuah titik transisi yang signifikan bagi Paulus, menandai babak baru dalam pelayanannya yang penuh pengorbanan dan kesaksian.