Kisah Rasul 21:6 - Perjalanan Aman dan Doa Perpisahan

"Sesudah kami berpisah satu sama lain, naiklah kami ke kapal, sedang mereka kembali ke rumah."

Kisah yang tercatat dalam Kitab Para Rasul pasal 21, ayat ke-6, memberikan sebuah gambaran momen perpisahan yang penting dalam perjalanan misi para rasul. Ayat ini menggambarkan titik akhir dari sebuah pertemuan dan awal dari sebuah perjalanan baru. Di balik kesederhanaan kalimatnya, terdapat makna yang mendalam tentang komitmen, iman, dan persekutuan dalam pelayanan.

Ayat ini merujuk pada peristiwa setelah Paulus dan kawan-kawannya tiba di Tirus, sebuah kota pelabuhan penting di Fenisia. Mereka telah berlabuh di sana dan menemukan sejumlah orang percaya. Selama tujuh hari, Paulus dan rombongannya tinggal bersama jemaat di Tirus. Ini adalah periode yang penuh dengan kebersamaan, pengajaran, dan mungkin juga pemulihan setelah perjalanan yang panjang. Namun, setiap perjalanan misi pasti memiliki titik transit, dan tibalah saatnya untuk melanjutkan.

Ketika tiba waktunya bagi Paulus untuk melanjutkan perjalanannya menuju Yerusalem, mereka mengucapkan selamat tinggal kepada jemaat di Tirus. Pengucapan selamat tinggal ini bukanlah sekadar perpisahan biasa. Berdasarkan konteks yang lebih luas dalam Kisah Para Rasul pasal 21, kita memahami bahwa perpisahan ini disertai dengan doa perpisahan yang tulus. Ayat sebelumnya (ayat 5) menyebutkan, "Dan setelah hari-hari itu berakhir, kami berangkat dari situ dan melanjutkan perjalanan kami, sementara mereka semua, dengan istri dan anak-anak mereka, mengantar kami sampai ke luar kota. Kami berlutut di pantai dan berdoa."

Jadi, ayat 6 ini mengikuti momen doa dan pengantaran yang penuh haru. Kata "kami" dalam ayat ini merujuk pada Paulus dan rekan-rekan sekerjanya yang akan melanjutkan perjalanan. Sementara itu, "mereka" merujuk pada jemaat di Tirus, termasuk istri dan anak-anak mereka, yang telah mengantar mereka hingga ke tepi laut. Perpisahan di pantai ini menandai akhir dari persekutuan fisik mereka di Tirus.

Fakta bahwa mereka "naiklah kami ke kapal" menunjukkan bahwa tujuan selanjutnya adalah melalui laut. Ini adalah moda transportasi yang umum digunakan pada masa itu untuk perjalanan jarak jauh, terutama untuk mencapai Yerusalem yang terletak di pedalaman dari Tirus. Pilihan transportasi ini juga mencerminkan strategi misi para rasul yang menjangkau berbagai wilayah, baik darat maupun laut.

Sementara itu, "sedang mereka kembali ke rumah" menandakan kembalinya jemaat Tirus ke kehidupan normal mereka setelah mengantar para pelayan Tuhan. Meskipun berpisah secara fisik, ikatan spiritual yang terjalin selama mereka bersama tetap ada. Kisah ini mengajarkan kepada kita pentingnya pengantaran dan doa perpisahan. Ini bukan hanya tentang mengantar secara fisik, tetapi juga mendoakan keselamatan dan keberhasilan perjalanan bagi mereka yang akan pergi.

Kisah Rasul 21:6, meskipun singkat, mengingatkan kita bahwa setiap perjalanan pelayanan pasti ada permulaan dan akhir, pertemuan dan perpisahan. Yang terpenting adalah bagaimana perpisahan itu dilakukan: dengan doa, berkat, dan keyakinan akan penyertaan Tuhan. Komunitas orang percaya yang saling mendukung, baik yang bepergian maupun yang ditinggalkan, adalah kekuatan yang tak ternilai dalam penyebaran Injil. Perpisahan ini juga menandakan keberanian para rasul untuk terus maju, meskipun mereka tahu bahwa ada tantangan dan kesulitan yang menanti di depan, terutama di Yerusalem.

Kisah ini menginspirasi kita untuk menghargai momen persekutuan, namun juga untuk tidak ragu melanjutkan panggilan Tuhan, sambil selalu ingat untuk mendoakan dan didoakan dalam setiap langkah perjalanan iman kita.