"Saudara-saudara dan bapa-bapa, dengarlah, sekarang aku membela diri di depan kamu."
Bab 22 dari Kisah Para Rasul mengisahkan bagaimana Rasul Paulus membela diri di hadapan orang banyak di Yerusalem. Setelah ditangkap dan diserang, Paulus diberi kesempatan untuk berbicara dalam bahasa Ibrani. Ia menceritakan kembali kisah pertobatannya di jalan menuju Damsyik, bagaimana ia melihat terang yang dahsyat dan mendengar suara Yesus. Paulus menjelaskan bahwa penglihatannya atas Yesus Kristus adalah alasan utamanya melayani bangsa-bangsa bukan Yahudi, meskipun hal ini menimbulkan kemarahan besar di kalangan sebagian umat Yahudi. Ia menekankan bahwa ia bertindak sesuai dengan hukum Taurat dan para nabi.
Selanjutnya, Kisah Para Rasul 23 mencatat tentang persidangan Paulus di hadapan Mahkamah Agama Yahudi (Sanhedrin). Di tengah perdebatan yang sengit, Paulus menggunakan kebijaksanaannya dengan memecah belah para Farisi dan Saduki dengan menyatakan bahwa ia adalah orang Farisi dan percaya akan kebangkitan orang mati. Hal ini menyebabkan keributan besar, sehingga para serdadu Romawi harus turun tangan untuk menyelamatkannya.
Kisah berlanjut dengan Paulus dibawa ke Kaisarea untuk diadili oleh gubernur Feliks. Di sana, ia kembali membela imannya, berbicara tentang keadilan, penguasaan diri, dan penghakiman yang akan datang. Feliks terkesan dengan Paulus, namun menunda keputusannya karena ia berharap Paulus akan memberinya uang suap. Paulus dipenjara selama dua tahun.
Kisah Para Rasul 24 dan 25 menggambarkan pergantian gubernur, di mana Feliks digantikan oleh Festus. Para pemimpin Yahudi terus menuntut agar Paulus diadili di Yerusalem. Namun, untuk menghindari bahaya dan mengingat haknya sebagai warga negara Romawi, Paulus mengajukan banding kepada Kaisar.
Akhirnya, Raja Agripa II dan istrinya, Berenike, datang ke Kaisarea untuk bertemu dengan Festus. Festus menceritakan kasus Paulus kepada mereka, dan Agripa menyatakan bahwa ia ingin mendengar sendiri kesaksian Paulus. Dalam Kisah Para Rasul 26, Paulus memberikan pembelaan yang paling rinci dan menyentuh hati di hadapan Raja Agripa. Ia kembali menceritakan kisahnya, penampakan Yesus, dan panggilan untuk melayani orang bukan Yahudi. Paulus dengan tegas menyatakan bahwa ia tidak dapat mengabaikan penglihatan surgawi itu.
Meskipun Raja Agripa mengakui bahwa Paulus tidak bersalah atas kejahatan apa pun, dan bahwa ia bisa dibebaskan jika tidak mengajukan banding kepada Kaisar, keputusan akhir Paulus untuk menghadap Kaisar tetap harus dijalankan. Kesaksian Paulus di hadapan Agripa ini menunjukkan keberaniannya dalam menyampaikan Injil Kristus di berbagai situasi, bahkan di hadapan penguasa. Bab-bab ini menampilkan perjalanan Paulus dalam menghadapi penganiayaan, pembelaan diri, dan keteguhan imannya dalam menyebarkan kabar baik.