Kisah Rasul-rasul 22:8

"Dan aku menjawab: Siapakah Engkau, ya Tuhan? Aku lihat, ya Tuhan, bahwa aku adalah domba yang disembelih karena Engkau."

Simbol Cahaya Ilahi dan Perubahan.

Ayat kunci dari Kisah Para Rasul 22:8, "Dan aku menjawab: Siapakah Engkau, ya Tuhan? Aku lihat, ya Tuhan, bahwa aku adalah domba yang disembelih karena Engkau," memuat pengakuan mendalam dari Rasul Paulus tentang pengalamannya yang transformatif di jalan menuju Damaskus. Peristiwa ini bukan sekadar insiden biasa, melainkan titik balik fundamental dalam hidupnya, yang menandai peralihan dari seorang penganiaya gereja menjadi pewarta Injil yang gigih.

Sebelum pertemuan dengan Tuhan Yesus Kristus dalam sebuah penampakan cahaya yang membutakan, Paulus, yang saat itu masih bernama Saulus, adalah seorang Farisi yang taat dan bersemangat. Ia percaya bahwa ia sedang melakukan kehendak Allah dengan menentang dan menganiaya pengikut Yesus. Baginya, ajaran Kristen adalah sebuah bidat yang harus diberantas demi kemurnian Yudaisme. Namun, di tengah perjalanannya untuk menangkap orang-orang Kristen di Damaskus, sebuah cahaya dari langit yang lebih terang dari matahari menyinarinya. Ia jatuh ke tanah dan mendengar suara berkata kepadanya, "Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?"

Reaksi Saulus terhadap pertanyaan ilahi ini adalah kebingungan, ketakutan, dan kerendahan hati. Ia bertanya, "Siapakah Engkau, ya Tuhan?" Pertanyaan ini mencerminkan kesadaran baru bahwa ia sedang berhadapan dengan otoritas yang lebih tinggi, yang ia kenal sebagai Tuhan. Pengakuannya selanjutnya, "Aku lihat, ya Tuhan, bahwa aku adalah domba yang disembelih karena Engkau," menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang pengorbanan. Kata "domba yang disembelih" secara kuat merujuk pada pengorbanan Kristus di kayu salib, yang menjadi inti dari iman Kristen. Saulus menyadari bahwa seluruh hidupnya, termasuk penganiayaannya terhadap orang Kristen, ternyata telah ditujukan melawan Kristus sendiri, Sang Domba Penebus.

Pengalaman ini mengubah Saulus sepenuhnya. Ia dibutakan oleh cahaya ilahi, yang secara simbolis menggambarkan kebutaan spiritualnya yang telah terhapus. Ia kemudian dibimbing ke Damaskus dan di sana, Ananias, seorang murid Tuhan, ditugaskan untuk memulihkan penglihatannya dan menuntunnya kepada Kristus. Sejak saat itu, Saulus menjadi Paulus, seorang rasul yang setia melayani Tuhan, menyebarkan kabar baik tentang Yesus Kristus ke seluruh penjuru dunia, bahkan hingga ke Roma.

Kisah rasul-rasul 22:8 adalah pengingat kuat tentang kuasa transformasi kasih dan kebenaran Allah. Peristiwa ini menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun yang terlalu jauh dari jangkauan penebusan Kristus. Pertemuan pribadi dengan Tuhan dapat mengubah arah hidup seseorang secara drastis, menggantikan kebencian dengan kasih, dan penganiayaan dengan pelayanan. Kisah Paulus terus menginspirasi banyak orang hingga kini, menekankan pentingnya kerendahan hati dalam menghadapi kebenaran ilahi dan kesediaan untuk menyerahkan hidup sepenuhnya kepada kehendak-Nya. Perjalanan hidupnya adalah bukti nyata bahwa perubahan hati dan pikiran yang radikal adalah mungkin melalui iman.