"Dari Klaudius Lisias kepada gubernur Tofilus yang terhormat, salam!"
Ilustrasi visual perjalanan dan keteguhan iman.
Kisah Para Rasul pasal 23 hingga 26 mencatat periode krusial dalam kehidupan Rasul Paulus. Setelah mengalami penangkapan yang penuh kekerasan di Yerusalem akibat kesalahpahaman dan hasutan massa, Paulus menghadapi serangkaian persidangan yang rumit. Surat yang ditulis oleh Klaudius Lisias kepada gubernur Tofilus, seperti yang dikutip dalam ayat 23:26, menjadi bukti awal dari upaya untuk menjelaskan situasi kepada otoritas yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa bahkan dalam kekacauan, ada upaya untuk menertibkan dan melaporkan kejadian.
Paulus, meskipun ditangkap dan menghadapi ancaman, menunjukkan keberanian dan ketenangan yang luar biasa. Ia menggunakan setiap kesempatan, baik di hadapan para pemimpin Yahudi maupun di depan penguasa Romawi seperti Feliks dan Festus, untuk bersaksi tentang imannya kepada Yesus Kristus. Sikapnya yang teguh, didukung oleh keyakinan yang mendalam, sering kali membingungkan para penuduhnya. Ia tidak gentar menghadapi perdebatan dan tuduhan, melainkan dengan cerdik memanfaatkan setiap momen untuk menyebarkan Injil.
Dalam pasal-pasal ini, kita melihat bagaimana Paulus tidak hanya membela diri, tetapi juga secara aktif menginjili para pejabat yang menginterogasinya. Ia berbicara tentang kebangkitan Kristus, dasar dari seluruh imannya, yang menjadi poin kontroversi besar bagi banyak orang pada masa itu. Perdebatan mengenai kebangkitan sering kali menjadi titik sentral dalam pembelaan Paulus, menunjukkan betapa vitalnya doktrin ini bagi kekristenan awal.
Paulus bahkan dibawa ke hadapan Raja Agripa II dan istrinya, Bernice. Di hadapan mereka, Paulus memberikan kesaksian pribadinya yang paling terperinci, menceritakan pertemuannya dengan Yesus dalam perjalanan ke Damsik. Kesaksian ini begitu kuat dan menyentuh sehingga Raja Agripa sendiri mengakui bahwa Paulus hampir saja diyakinkan menjadi seorang Kristen. Pengakuan ini, meskipun tidak berujung pada pertobatan pribadi Agripa, menjadi saksi betapa kuatnya pesan Injil yang disampaikan Paulus.
Kisah Paulus dalam pasal 23-26 memberikan pelajaran berharga tentang keberanian dalam menghadapi kesulitan dan penganiayaan. Ia menunjukkan bahwa iman yang sejati bukan hanya soal keyakinan pribadi, tetapi juga tentang kesediaan untuk bersaksi dan hidup sesuai dengan keyakinan tersebut, bahkan ketika menghadapi bahaya. Ketenangannya di bawah tekanan, kecerdasannya dalam berargumen, dan kasihnya kepada sesama, termasuk kepada mereka yang memusuhinya, adalah teladan yang menginspirasi.
Kisah ini juga menyoroti bagaimana Tuhan bekerja melalui situasi yang paling sulit sekalipun. Penangkapan Paulus, yang tampaknya merupakan kemunduran besar, justru membuka pintu baginya untuk bersaksi di hadapan orang-orang penting yang mungkin tidak akan pernah ia temui dalam keadaan normal. Ini menegaskan bahwa rencana Tuhan sering kali melampaui pemahaman manusia, dan bahwa melalui iman serta kesetiaan, kebaikan dapat lahir bahkan dari situasi yang paling kelam sekalipun.