Kisah Rasul: Kisah Para Rasul 23-27

"Tetapi malam itu juga Tuhan datang berdiri di dekat Paulus, katanya: "Teguhkanlah hatimu, Rasul Paulus. Sebab sebagaimana engkau telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem, demikian juga harus engkau bersaksi tentang Aku di Roma." (Kisah Para Rasul 23:11)

Ilustrasi Perjalanan Rasul Paulus

Kisah Para Rasul, bab 23 hingga 27, merupakan rentetan peristiwa dramatis yang mengisahkan kelanjutan pelayanan dan perjalanan Rasul Paulus. Bagian ini penuh dengan tantangan, penganiayaan, kesaksian yang gigih, dan akhirnya, sebuah pelayaran yang penuh badai menuju Roma untuk diadili oleh Kaisar.

Bab 23 dimulai dengan Paulus di hadapan Mahkamah Agama Yahudi. Ia memberikan kesaksian yang luar biasa, membagi sidang menjadi orang Farisi dan Saduki dengan mengakui keyakinannya pada kebangkitan orang mati. Hal ini menimbulkan keributan besar, dan Paulus diselamatkan dari ancaman kekerasan oleh para serdadu Romawi. Malam itu, Tuhan sendiri menampakkan diri kepadanya, meneguhkan hatinya dan menjanjikan bahwa ia akan bersaksi tentang Dia di Roma. Janji ilahi ini menjadi jangkar spiritual bagi Paulus di tengah badai ketidakpastian.

Menyadari bahaya yang mengintai di Yerusalem, ada konspirasi untuk membunuh Paulus. Namun, rencana ini digagalkan oleh keponakan Paulus yang memberikan informasi kepada komandan Romawi. Demi keselamatannya, Paulus dipindahkan ke Kaisarea, kota pelabuhan yang aman di bawah perlindungan Romawi. Di sana, ia menghadapi tuduhan dari para pemimpin Yahudi yang dibawa dari Yerusalem, termasuk seorang orator bernama Tertulus yang mencoba memfitnahnya di hadapan gubernur Feliks.

Paulus membela dirinya dengan bijaksana, menunjukkan bahwa ia tidak bersalah terhadap tuduhan-tuduhan tersebut. Meskipun Feliks melihat kebenaran dalam perkataan Paulus, ia menunda keputusan, menjaga Paulus tetap dipenjara selama dua tahun dengan harapan mendapatkan uang sogokan. Setelah Feliks digantikan oleh Festus, para pemimpin Yahudi kembali mencoba mengajukan kasus mereka. Sekali lagi, Paulus memberikan pembelaan yang kuat, dan ketika ia tahu bahwa ia tidak akan mendapatkan keadilan di bawah pengadilan Yahudi, ia menggunakan haknya sebagai warga negara Romawi untuk mengajukan banding kepada Kaisar.

Apelasi ini membawa Paulus ke Roma. Sebelum mencapai tujuannya, ia berhadapan dengan Raja Agripa II dan istrinya, Bernike. Dalam kesempatan yang luar biasa ini, Paulus memberikan kesaksian yang menyentuh hati, menceritakan pengalaman transformatifnya dalam perjalanannya ke Damsyik dan panggilannya untuk melayani bangsa-bangsa non-Yahudi. Agripa, terkesan, bahkan mengakui bahwa Paulus bisa dibebaskan jika ia tidak mengajukan banding kepada Kaisar.

Bagian terakhir dari kisah ini menggambarkan pelayaran Paulus menuju Roma. Bersama dengan para tahanan lainnya, Paulus berada di bawah pengawasan seorang perwira Romawi bernama Yulius. Perjalanan ini tidak mudah. Mereka menghadapi cuaca buruk yang ekstrem, dan kapal yang mereka tumpangi terdampar di Pulau Kreta. Badai ganas menerjang, dan keselamatan menjadi semakin sulit. Dalam momen genting ini, Paulus kembali berbicara dengan keyakinan, mengutip janji Tuhan bahwa tidak ada jiwa yang akan hilang, meskipun kapalnya akan hancur. Akhirnya, kapal itu karam di lepas pantai Malta. Para penumpang, termasuk Paulus, secara ajaib selamat dan terdampar di pulau itu.

Kisah ini adalah gambaran kuat tentang ketahanan iman, keberanian dalam menghadapi kesulitan, dan kesetiaan yang tak tergoyahkan pada panggilan ilahi. Meskipun menghadapi penolakan, kekerasan, dan bahaya fisik yang ekstrem, Rasul Paulus terus bersaksi tentang Kristus, bahkan ketika ia dibawa sebagai tawanan.

Pelajari lebih lanjut tentang keajaiban pelayaran dan kesaksian Paulus dalam Kisah Para Rasul 23-27.