Simbol Kitab Suci dan Tangan Terangkat

Kisah Rasul 23:3 - Kesaksian Paulus yang Berani

"Tetapi Paulus menjawabnya: "Allah akan memukul engkau, hai tembok yang putih bersih! Engkau duduk di sini untuk menghakimi aku berdasarkan hukum Taurat, tetapi engkau melanggar hukum Taurat dengan memerintahkan memukul aku."

Ayat yang tertulis dalam Kisah Para Rasul pasal 23, ayat 3, ini mencatat sebuah momen dramatis dalam kehidupan Rasul Paulus. Ketika ia dibawa ke hadapan Mahkamah Agama Yahudi (Sanhedrin) di Yerusalem, situasinya penuh dengan ketegangan dan kebencian dari para pemimpin agama yang menentang ajarannya.

Paulus, yang baru saja ditangkap karena dituduh membawa orang bukan Yahudi ke dalam Bait Allah, berada di dalam situasi yang berbahaya. Ia dihadapkan pada para imam kepala dan seluruh anggota Mahkamah Agama. Dalam suasana yang tidak bersahabat itu, Paulus diberi kesempatan untuk berbicara dan memberikan pembelaannya.

Sebelum ia sempat menjelaskan lebih lanjut, seorang penegak hukum yang hadir memukul mulut Paulus. Tindakan ini sangat tidak pantas dan mencerminkan permusuhan yang mendalam terhadap rasul ini. Namun, respons Paulus sungguh luar biasa. Alih-alih membalas dengan kekerasan atau kemarahan yang membabi buta, Paulus menyampaikan teguran yang tegas namun tetap terukur.

Ia menyebut si penegak hukum itu sebagai "tembok yang putih bersih" (atau "tembok yang bercat kapur"), sebuah metafora yang digunakan untuk menggambarkan kemunafikan. Paulus menegaskan bahwa orang tersebut seharusnya bertindak berdasarkan hukum Taurat yang ia wakili, namun justru melanggar hukum itu sendiri dengan memerintahkan pemukulan tanpa pengadilan yang adil. Pernyataan ini menunjukkan keberanian Paulus dalam menegakkan kebenaran dan keadilan, bahkan ketika ia sendiri menjadi korban ketidakadilan.

Kisah ini mengajarkan kita banyak hal. Pertama, tentang keberanian. Paulus tidak gentar menghadapi permusuhan dan ketidakadilan. Ia tetap teguh pada keyakinannya dan berani menyuarakan kebenaran. Kedua, tentang kebijaksanaan. Meskipun ia tegas dalam perkataannya, Paulus tidak kehilangan akal sehatnya. Ia menggunakan kata-kata yang tepat untuk menegur, namun juga membuka jalan bagi dialog selanjutnya dengan para pemimpin agama tersebut, meskipun pada akhirnya tetap penuh tantangan.

Peristiwa ini juga mengingatkan kita bahwa dalam perjalanan iman, kita mungkin akan menghadapi tantangan, penolakan, dan perlakuan tidak adil. Namun, seperti Paulus, kita dipanggil untuk tetap teguh, bersaksi dengan berani, dan mengandalkan kekuatan dari Tuhan. Tindakan Paulus di hadapan Mahkamah Agama adalah sebuah teladan tentang bagaimana menghadapi situasi sulit dengan integritas dan iman yang tak tergoyahkan, serta bagaimana menegakkan prinsip-prinsip kebenaran meskipun dalam keadaan yang paling menekan.