"Sesudah engkau mendengar perkataan itu, maka engkau pun dapat memberi putusan, sebab aku tahu, bahwa sudah beberapa tahun lamanya engkau menjadi hakim atas bangsa ini, maka lebih suka aku membela perkaraku di hadapanmu."
Simbol kitab terbuka yang memancarkan cahaya, melambangkan firman Tuhan dan kebenaran.
Ayat ke-10 dari pasal 24 Kitab Kisah Para Rasul mencatat sebuah momen penting dalam kehidupan Rasul Paulus. Saat itu, Paulus sedang menghadapi pengadilan di hadapan prokonsul Feliks di Kaisarea. Ia dituduh oleh para pemimpin Yahudi, terutama oleh seorang orator bernama Tertulus, yang menyampaikan dakwaan dengan kata-kata manis namun penuh kebohongan dan fitnah. Tertulus menuduh Paulus sebagai biang kerusuhan dan penghujat agama. Namun, di tengah serangan verbal yang tajam itu, Paulus diberi kesempatan untuk membela diri. Dalam kesaksiannya, Paulus dengan tenang dan penuh keyakinan menyatakan, "Sesudah engkau mendengar perkataan itu, maka engkau pun dapat memberi putusan, sebab aku tahu, bahwa sudah beberapa tahun lamanya engkau menjadi hakim atas bangsa ini, maka lebih suka aku membela perkaraku di hadapanmu."
Ucapan Paulus ini menunjukkan beberapa kualitas luar biasa yang dimilikinya. Pertama, adalah keberanian dan ketenangan. Meskipun menghadapi tuduhan serius dan kemungkinan hukuman berat, Paulus tidak gentar. Ia percaya pada kebenaran kesaksiannya dan pada hikmat Feliks sebagai seorang hakim yang telah lama menjabat. Kedua, adalah kearifan dalam memilih audiens. Paulus tahu bahwa Feliks memiliki pengalaman dalam urusan hukum bangsa Yahudi, sehingga ia merasa lebih nyaman menyampaikan pembelaannya di hadapan Feliks daripada menghadapi massa yang emosional di luar persidangan. Ia mengakui bahwa Feliks lebih mengetahui tradisi dan hukum bangsa Yahudi. Ini bukan berarti Paulus meremehkan hukum Tuhan, melainkan ia menggunakan pendekatan yang strategis untuk memastikan kebenaran dapat didengar dengan jelas.
Pembelaan Paulus ini bukan hanya sekadar upaya membela diri dari tuduhan palsu, tetapi juga merupakan kesaksian yang berani tentang imannya. Ia tidak mengubah pesan Injil demi menyenangkan para pendengarnya, namun ia menyampaikannya dengan cara yang cerdas dan terhormat. Paulus menunjukkan bahwa iman Kristen tidak bertentangan dengan tatanan hukum yang berlaku, asalkan hukum itu ditegakkan dengan adil. Ia mengerti bahwa tugasnya adalah untuk menyatakan kebenaran, terlepas dari siapa yang mendengarkan dan bagaimana tanggapan mereka.
Lebih dari sekadar peristiwa hukum, kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya integritas dan keberanian dalam kesaksian. Dalam situasi apapun, bahkan di bawah tekanan dan ancaman, kita dipanggil untuk berdiri teguh pada kebenaran. Paulus mengajarkan kita untuk bersikap bijaksana dalam menyampaikan pesan kita, namun tanpa mengorbankan prinsip-prinsip ilahi. Ia mencontohkan bagaimana iman dapat membentuk karakter yang kuat, tenang, dan penuh harapan, bahkan di tengah badai kehidupan. Pembelaan Paulus di hadapan Feliks adalah bukti bahwa kebenaran, ketika disampaikan dengan keberanian dan kebijaksanaan, dapat menembus hati dan pikiran yang paling keras sekalipun.