Paulus

Kisah Rasul 25 & 26: Paulus di hadapan Raja Agripa

"Lalu Agripa berkata kepada Paulus: 'Hampir-hampir saja engkau dapat yakin aku menjadi orang Kristen dengan pidato singkatmu itu.'" (Kisah Para Rasul 26:28)

Pasal 25 dan 26 dari Kitab Kisah Para Rasul membawa kita pada momen krusial dalam perjalanan Rasul Paulus. Setelah mengalami penangkapan yang penuh gejolak di Yerusalem dan dihadapkan pada berbagai persidangan di Kaisarea, Paulus kini berada di hadapan otoritas Romawi yang lebih tinggi, yaitu Gubernur Festus. Namun, bukan hanya Festus yang akan mendengarkan pembelaannya kali ini. Kesempatan yang tak terduga datang ketika Raja Agripa II dan permaisurinya, Berenice, mengunjungi Festus di Kaisarea.

Festus, yang ingin memberikan kesan baik kepada raja mengenai penanganan kasus Paulus, mengundang Agripa untuk mendengarkan kesaksian Paulus. Ini adalah sebuah momen yang dipersiapkan dengan cermat. Paulus, yang telah begitu lama menunggu kesempatan untuk berbicara di hadapan orang-orang yang berkuasa, tentu memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Ia tidak hanya membela dirinya dari tuduhan yang dialamatkan kepadanya, tetapi juga dengan berani memberikan kesaksian tentang imannya kepada Yesus Kristus.

Dalam pembelaannya, Paulus secara kronologis menceritakan latar belakangnya sebagai orang Farisi yang taat, pengejaran yang dilakukannya terhadap orang-orang Kristen, dan pengalaman transformatifnya dalam perjalanan ke Damsyik. Ia menggambarkan secara gamblang bagaimana Yesus yang bangkit menampakkan diri kepadanya dan memberikan panggilan untuk menjadi pelayan dan saksi. Kesaksiannya ini begitu tulus dan penuh keyakinan, bahkan ia mengaitkan pengajarannya dengan apa yang telah dinubuatkan oleh para nabi Perjanjian Lama, menekankan bahwa ajaran Kristus bukanlah sesuatu yang baru atau asing, melainkan penggenapan dari janji-janji Allah.

Pendengarannya terbagi. Festus, sang Gubernur, tampaknya menganggap Paulus sudah gila karena berbicara tentang kebangkitan orang mati dan pengalaman supranatural yang luar biasa. Namun, Raja Agripa, yang memiliki pemahaman yang lebih baik tentang hukum Yahudi dan nubuat-nubuat para nabi, tampaknya terkesan. Ia mengenal ajaran Yahudi dan bahkan mungkin terpengaruh oleh apa yang didengarnya. Pernyataannya yang terkenal kepada Paulus, "Hampir-hampir saja engkau dapat yakin aku menjadi orang Kristen dengan pidato singkatmu itu," menunjukkan betapa kuatnya argumen dan kesaksian Paulus menyentuh hatinya.

Meskipun Agripa mungkin tidak mengambil langkah lebih jauh untuk membebaskan Paulus pada saat itu, atau mungkin pernyataannya lebih bersifat politis untuk menyenangkan Festus, kesaksian Paulus tetap memiliki dampak yang mendalam. Ia telah dengan jelas menyampaikan Injil dan kebenaran tentang Kristus di hadapan otoritas yang paling tinggi di wilayah tersebut. Kisah ini menunjukkan keberanian Paulus dalam menghadapi kesulitan, ketekunannya dalam memberitakan Injil, dan kekuatan kesaksian yang, bahkan ketika tidak langsung menghasilkan pertobatan, tetap dapat menggugah dan membuat orang merenungkan kebenaran.

Pasal-pasal ini mengingatkan kita bahwa setiap kesempatan, sekecil apapun, dapat menjadi panggung untuk bersaksi tentang iman kita. Seperti Paulus, kita dipanggil untuk berbicara dengan bijak, namun juga dengan berani, menjelaskan dasar dari pengharapan kita, dan membiarkan Roh Kudus yang bekerja di hati para pendengar. Pengalaman Paulus di hadapan Festus dan Agripa menjadi bukti bahwa Injil memiliki kekuatan untuk menjangkau berbagai kalangan, bahkan mereka yang duduk di kursi kekuasaan.